Investor
Rabu, 16 Agustus 2023 17:29 WIB
Penulis:Pratiwi
JAKARTA (sijori.id) - Senior Economist Insitute for Development of Economics and Finance (Indef) Aviliani mengatakan bahwa dewasa ini banyak investor yang terlalu mudah percaya kepada imbauan influencer dalam berinvestasi.
Aviliani mengatakan, saat berinvestasi, investor harus melakukan perencanaan yang matang dengan cara meninjau kebutuhannya dalam berinvestasi.
Dari pengetahuan akan kebutuhan itulah strategi investasi bisa ditetapkan, di antaranya dengan menetapkan profil risiko dan jangka waktu dalam berinvestasi.
Namun, Aviliani menyayangkan bahwa banyak investor yang kesadarannya masih minim terhadap risiko. Padahal, berinvestasi di instrumen apapun akan selalu berisiko.
Dibanding menimbang-nimbang risiko, investor saat ini lebih mudah tergiur oleh rayuan influencer yang menjanjikan keuntungan tinggi tanpa menyadari konsep high risk high return.
"Sekarang ini banyak sekali investor tidak bertanya kepada lembaga berwenang (terkait produk investasi) dan malah percaya ke influencer. Korban itu banyak di situ, gara-gara mengikuti role model dari influencer-nya," kata Aviliani dalam acara UOB Media Literacy di Jakarta, Selasa, 15 Agustus 2023.
Afi mengatakan, generasi milenial dan Z sekarang ini memang cenderung lebih menaruh minat kepada dunia investasi dibanding generasi X atau baby boomer.
Pasalnya, generasi X dan baby boomer diajarkan oleh generasi sebelumnya bahwa mencari uang itu sulitnya bukan main sehingga investasi yang mengandung risiko pun menjadi suatu instrumen yang cenderung kurang diminati.
Akan tetapi, dengan kondisi ekonomi yang saat ini lebih membaik dibanding dulu, yang mana hal tersebut ditandai dengan penghasilan yang lebih mudah didapatkan dibandingkan ketika zaman orang tua dari generasi X dan baby boomer, maka investasi pun menjadi sesuatu yang lebih dilirik.
Akan tetapi, alangkah baiknya jika tingginya minat investasi ini diriingi oleh literasi keuangan yang tepat. Tanpa adanya literasi keuangan yang mumpuni, wajar saja jika banyak orang yang terjebak oleh beragam penipuan investasi.
"Orang itu kesadarannya masih sangat minim terhadap risiko," kata Afi. (*)
Bagikan