China
Kamis, 28 Juli 2022 09:25 WIB
Penulis:Pratiwi
JAKARTA (sijori.id) - Asosiasi Produsen Tepung Terigu Indonesia (Aptindo) Franciscus Welirang mengatakan kenaikan harga gandum di dunia yang telah memasuki fase tertinggi dan akan berlangsung hingga tahun depan. Namun Franciscus menekankan, kenaikan ini akan berangsur menurun pada 2023 jika tidak ada bencana alam dalam skala besar maupun konflik geopolitik lagi.
"Harga tertinggi diperkirakan sampai tahun depan. Saat ini sudah mencapai titik tertinggi, apakah akan turun? Masih naik turun saja di level-level itu," kata Franciscus dalam Gambir Trade Talk pada Rabu 27 Juli 2022.
Aptindo mencatatkan, rata-rata harga gandum dunia hingga akhir kuartal II-2022 berada di kisaran US$392,4 per ton atau setara dengan Rp5,8 juta (kurs Rp15.000). Lalu untuk 12 bulan ke depan harga gandum diprediksi akan naik turun pada harga US$432,2 per ton atau setara dengan Rp6,5 juta.
Pemicu global yang menjadikan harga gandum melonjak tentu karena konflik Rusia-Ukraina. Namun jika dilihat lebih lanjut pemicu utama adalah perubahan iklim belakangan ini yang semakin tidak tentu, serta hantaman pandemi COVID-19 turut andil.
Pada 2021 saja, di Amerika Serikat dan Kanada sudah mengalami gagal panen gandum hingga 40%, hal ini mengakibatkan harga dunia mengalami lonjakan hingga 68%.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), sepanjang 2021 impor tepung gandum Indonesia mencapai 31,34 ribu ton dengan nilai total US$11,81 juta atau sekitar Rp177 miliar.
Dalam kesempatan yang sama Kepala Badan Kebijakan Perdagangan, Kementerian Perdagangan, Kasan mengatakan pemerintah tengah fokus pada instrumen kebijakan yang dapat mendorong dalam kelancaran impor bahan baku.
“Semua upaya dilakukan untuk menghilangkan berbagai hambatan tarif maupun non tarif yang bisa memperlambat pemasukan gandum,” kata Kasan. (TrenAsia)
Bagikan