Indonesia Beli 42 Jet Tempur J-10C dari China

Jumat, 17 Oktober 2025 10:03 WIB

Penulis:Pratiwi

Editor:Pratiwi

sjaftie-syamsudin.jpg
Menteri Pertahanan Sjafrie Sjamsoeddin

JAKARTA (sijori.id) — Indonesia akan membeli sedikitnya 42 jet tempur Chengdu J-10C buatan China. Langkah ini menandai kesepakatan pertama Indonesia untuk membeli pesawat tempur non-Barat, sebuah keputusan yang dinilai memiliki makna strategis sekaligus implikasi geopolitik di kawasan.

Menteri Pertahanan Sjafrie Sjamsoeddin mengatakan di Jakarta, Rabu (16/10), bahwa pembelian jet tempur dari China merupakan bagian dari upaya modernisasi alat utama sistem senjata (alutsista) nasional. “Mereka akan segera terbang di langit Jakarta,” ujarnya singkat tanpa memerinci detail pembelian tersebut.

Rencana akuisisi pesawat J-10C sebenarnya telah diungkapkan sejak bulan lalu oleh juru bicara Kementerian Pertahanan Brigjen Frega Wenas. Saat itu, TNI Angkatan Udara disebut masih meninjau kelayakan pesawat buatan China tersebut untuk memastikan peningkatan kemampuan pertahanan udara Indonesia.

Namun begitu, langkah ini juga mendapat sorotan dari kalangan pengamat pertahanan. Mereka menilai keputusan membeli pesawat tempur dari Beijing berpotensi menimbulkan sensitivitas regional, terutama di tengah meningkatnya pengaruh militer dan diplomatik China di Asia Tenggara.

Di sisi lain, Menteri Keuangan Purbaya Yudhi Sadewa memastikan bahwa anggaran pembelian telah disetujui. “Nilainya lebih dari 9 miliar dolar AS,” ujarnya. “Semuanya sudah siap, hanya tinggal memastikan kapan pesawat-pesawat itu tiba dari Beijing.”

Tak hanya itu, pembelian ini merupakan bagian dari program besar modernisasi pertahanan yang digagas pemerintahan Presiden Prabowo Subianto. Sejak menjabat sebagai menteri pertahanan pada 2019, Prabowo aktif menjalin kerja sama militer dengan berbagai negara, mulai dari China, Prancis, Rusia, Turki, hingga Amerika Serikat. Tujuannya: memperkuat kemampuan tempur, pengawasan, dan pertahanan wilayah Indonesia.

Saat ini, TNI Angkatan Udara mengoperasikan pesawat tempur dari berbagai negara, termasuk Amerika Serikat, Rusia, dan Inggris. Beberapa di antaranya sudah berusia tua dan perlu diganti.

Sebagai perbandingan, Turki pada Juni lalu mengumumkan akan mengekspor 48 jet tempur KAAN ke Indonesia. Selain itu, Indonesia juga telah menuntaskan pesanan 42 jet Dassault Rafale dari Prancis pada Januari 2024, dengan pengiriman pertama dijadwalkan pada awal 2026. Pemerintah juga membeli dua kapal selam Scorpene Evolved dan 13 radar pertahanan udara buatan Thales.

Beni Sukadis, analis pertahanan dari Indonesia Institute for Defense and Strategic Studies, menilai langkah membeli jet dari China perlu dibaca secara hati-hati. “Meskipun Indonesia secara politik bersikap nonblok, keputusan ini bisa ditafsirkan sebagai perubahan orientasi keamanan di tengah pengaruh militer China yang semakin besar,” katanya.

Ia menambahkan, langkah tersebut berpotensi menimbulkan sensitivitas baru di kawasan, terutama terkait Laut China Selatan yang masih menjadi titik panas kepentingan Beijing. (*)