Kamis, 09 September 2021 06:13 WIB
Penulis:Pratiwi
JAKARTA (sijori.id) – “Penyuluh KB dan seluruh jajaran BKKBN masih harus terus bekerja keras meningkatkan capaian akseptor KB baru maupun akseptor KB aktif, karena unmet need masih di angka 12,4 persen (Survei RPJMN/SKAP 2018),” ungkap Kepala BKKBN dr Hasto Wardoyo saat membuka Workshop Metode Penyuluhan Keluarga Berencana bagi Penyuluh KB secara daring, Rabu (08/9/2021).
Unmet need atau proporsi wanita usia subur berstatus kawin yang tidak ingin punya anak lagi atau ingin menjarangkan kelahiran berikutnya, tetapi tidak memakai kontrasepsi. Menurut Dokter Hasto salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk menurunkannya melalui pasangan yang baru menikah dan KB pasca persalinan (PP) dan pasca keguguran (PK).
Kepala BKKBN yang juga seorang Dokter spesialis obstetri dan ginekologi menegaskan, “Penyuluh KB harus tahu seperti misalnya untuk KB pasca persalinan sebaiknya menggunakan kontrasepsi apa. Pasca persalinan bisa menggunakan progesterone only pil agar Ibu bisa tetap menyusui, jangan sampai penyuluh tidak mengetahui hal dasar dan penting seperti ini. Kemudian juga hari ini begitu melahirkan bisa langsung juga menggunakan implant/susuk dan tentu saja kontrasepsi non hormonal seperti IUD ( intrauterine device/alat kontrasepsi dalam rahim).”
KB Pasca Persalinan merupakan upaya pencegahan kehamilan dengan menggunakan metode/alat/obat kontrasepsi segera setelah melahirkan sampai dengan 42 hari/ 6 minggu setelah melahirkan, sedangkan KB Pasca Keguguran merupakan upaya pencegahan kehamilan dengan menggunakan alat/obat kontrasepsi setelah mengalami keguguran sampai dengan kurun waktu 14 hari.
Dokter Hasto menambahkan, “Apabila kita bertanya pada Ibu yang baru melahirkan, apakah tahun ini ingin hamil lagi? pasti akan dijawab tidak, tapi kemudian ditanya lagi apakah mau menggunakan kontrasepsi, banyak yang menjawab tidak juga. Sehingga banyak terjadi kehamilan yang tidak direncanakan atau belum ingin hamil (unwanted pregnancy), maka saya berpesan agar KB pasca persalinan ini bisa sukses dan kita lebih agresif lagi meski di tengah pandemi."
Terkait dengan workshop menurut Dokter Hasto sangat penting, karena penyuluh KB harus mempunyai kompetensi dan product knowledge baru, sehingga mempunyai kepercayaan diri menjadi seorang “marketing” yang baik. Karena BKKBN punya banyak materi yang harus disampaikan pada masyarakat, tidak hanya materi kontrasepsi atau KB namun juga menguasai materi lain seperti covid 19, stunting dan program pembangunan keluarga, dan kependudukan.
Workshop Metode Penyuluhan Keluarga Berencana bagi Penyuluh KB merupakan kerjasama DKT Indonesia dan Ikatan Penyuluh Keluarga Berencana Indonesia (IPeKB) kegiatan ini akan dilaksanakan secara daring di 12 Provinsi. Hadir dalam pembukaan workshop, Country Director / CEO, DKT Indonesia Juan Enrique Garcia; Deputi Bid. Keluarga Berencana dan Kesehatan Reproduksi, dr.Eni Gustina; Deputi Bid. Pelatihan Penelitian dan Pengembangan, Prof. Rizal Martua Damanik; Penyuluh KB Utama, Dwi Listyawardani dan Ketua DPP IPeKB, Fatah Triyana.
Country Director / CEO, DKT Indonesia Juan Enrique Garcia menjelaskan, “Kami berharap melalui workshop ini penyuluh KB bisa semakin bersemangat melakukan untuk sosialisasi program Keluarga Berencana di Indonesia karena penyuluh KB sangat penting bagi program KB di Indonesia."
Mengakhiri sambutannya Kepala BKKBN menyampaikan apresiasi dan terimakasih pada DKT yang telah memberikan dukungan pada BKKBN melalui workshop dan pelatihan seperti ini.
”Pemerintah harus bekerjasama dengan swasta, perguruan tinggi dan NGO untuk mensukseskan program pelayanan ditengah masyarakat, saya juga berharap DKT bisa menghasilkan produk yang mendukung KB pasca persalinan,” pungkas Hasto. (*)
Bagikan