Keramik Indonesia Melenggang ke Malaysia

Selasa, 19 Januari 2021 06:44 WIB

Penulis:Pratiwi

Kualitas keramik Indonesia tak kalah saing.
Kualitas keramik Indonesia tak kalah saing. undefined

JAKARTA (sijori.id) - Bermula industri  keramik  Malaysia  mengklaim  bahwa  terjadi  lonjakan  keramik  impor  yang  menyebabkan kerugian atau ancaman kerugian bagi industri keramik dalam negeri.

Kementerian  Perdagangan  Internasional  dan  Industri  Malaysia(MITI) pun melakukan penyelidikan. Dilakukan mulai September  2020  berdasarkan  petisi  dari  Federation  of  Malaysian  Manufacturers –Malaysian Ceramic  Industry  Group.

Hasilnya MITI secara  resmi  menghentikan penyelidikan tindakan  pengamanan (safeguard) atas  produk keramik (ceramic floor and wall tiles) pada 11 Januari 2021.

Produk keramik yang terbebas dari pengenaan safeguard tersebut  ada  dalam  kelompok  postarif/HS  code6907.21.21,  6907.21.23,  6907.21.91, 6907.21.93, 6907.22.11, 6907.22.13, 6907.22.91, 6907.22.93, 6907.23.11, 6907.23.13, 6907.23.91, dan6907.23.93.

Penyelidikan safeguardini  dihentikan  hanya  empat  bulan  setelah  dimulai  pada  13  September 2020.

Otoritas  Malaysia  memutuskan  menghentikan  penyelidikan  ini  atas tiga pertimbangan.

Pertama,  tidak  terjadi  kenaikan  volume  impor  secara  absolut  selama  periode  investigasi.  

Kedua, kenaikan volume impor  secara relatif terhadap produksi keramik Malaysia tidak dapat dipastikan.

Tiga,  Otoritas  tidak  dapat  memastikan  adanya  hubungan  sebab  akibat  antara  lonjakan  impor dengan kerugian serius yang diderita industri keramik Malaysia.

Demikian penjelasan Menteri  Perdagangan RI Muhammad Lutfi.

Badan  Pusat  Statistik  (BPS)  mencatat  nilai  ekspor  Indonesia  ke  Malaysia  untuk  produk  keramik yang  diselidiki  adalah  sebesar  USD  7,12 juta  pada  2019.  

Nilai  tersebut  menurun  27,21persen dibandingkan 2018 yang tercatat sebesar USD 9,78 juta.

Sementara, selama periode Januari–November 2020, Indonesia berhasil membukukan nilai ekspor sebesar  USD  8,35 juta  atau  meningkat  24,41 persen dibandingkan  periode  yang  sama  di  tahun sebelumnya dengan nilai ekspor USD 6,71 juta.

Direktur  Jenderal  Perdagangan  Luar  Negeri  Didi  Sumedi  menjelaskan,  dalam  kurun  waktu  satu tahun  terakhir, industri  keramik  Indonesia telah  dua  kali  terbebas  dari rencana penerapan  bea masuk  tindakan  pengamanan  (BMTP)oleh  negara  mitra  dagang.

“Sebelumnya, keramik  Indonesia juga berhasil lepas dari jeratan safeguard Filipina bulan Desember 2019 lalu,”terang Didi.

Dengan  kualitas  yang  sangat  bersaing,  produk keramik asal  Indonesia  dianggap  memiliki  potensi mengganggu kinerja industri keramik dalam negeri Malaysia.

Selain itu, Indonesia merupakan salah satu pemasok utama keramik bagi Malaysia.

“Data statistik impor Malaysia tahun 2019 menunjukkan  Indonesia  berada  di posisi kedua setelah Tiongkok sebagai negara asal impor terbesar bagi Malaysia.

Keputusan MITI ini membuka peluang yang besar untuk terus meningkatkan ekspor keramik Indonesia ke negeri jiran,” ujar Mendag Lutfi.

Direktur  Pengamanan  Perdagangan  Pradnyawati  menambahkan,kemenangan  ini  tercapai  berkat usaha  bersamaantara  semua  pihak.

Selama  proses  penyelidikan  berlangsung,  pemerintah  telah mengikuti berbagai   tahapan,mulai   dari   mendaftarkan   diri   sebagai   pihak   berkepentingan; melakukan    koordinasi    dengan    para    pelaku    usaha,    asosiasi, atase    perdagangan serta kementerian/lembaga   lain;  kemudian mengirimkan   sanggahan   tertulis hingga   menyampaikan pernyataan lisan   pada   pelaksanaan   dengar   pendapat   yang   diselenggarakan   otoritas; serta menggalang kerja sama dengan importir  di Kuala Lumpur.

"Keberhasilan  yang  diraih  di  awal  tahun  ini menjadi pemicu  positif dalam upaya pembelaan bersama yang  dilakukan  Indonesia sepanjang  tahun  2021  ini.  Selanjutnya, kita  harus  tetap waspada, mengingat semakin  gencarnya  negara-negara  mitra  dagang  kita  dalam menerapkan tools trade remedydalam kerangka melindungi industri dalam negerinya,”pungkas Pradnyawati