Kerja Sama dengan Jerman Senilai Rp40,89 Triliun, Dimulai

Selasa, 15 Februari 2022 08:25 WIB

Penulis:Pratiwi

15 Proyek Kerja Sama RI-Jerman Senilai Rp40,89 Triliun Mulai Studi Kelayakan.jpg
Daerah Aliran Sungai Citarum.

 

JAKARTA (sijori.id) - Proyek kerja sama Indonesia dengan Jerman yang dirintis pada 2019 senilai 2,5 miliar euro setara Rp40,89 triliun dimulai. 

Ada15 proposal proyek yang merupakan bagian dari Green Infrastructure Initiative (GII) ini akan melakukan studi kelayakan awal.

GII adalah inisiatif bilateral strategis antara pemerintah Indonesia dan Jerman untuk mendukung proyek infrastruktur yang relevan dengan lingkungan dan iklim bersama dengan kerjasama teknis yang dibiayai hibah untuk mengidentifikasi dan mempersiapkan proyek.

Koordinasi tingkat tinggi dicapai oleh komite pengarah (Steering Committee) yang diketuai bersama oleh Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi dan Kementerian Kerja Sama Ekonomi dan Pembangunan Federal Jerman (BMZ).

Peresmian dimulainya studi kelayakan 15 proyek tersebut disampaikan pada 2nd Steering Committee Session GII yang dipimpin oleh Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut B. Pandjaitan dan Menteri Kerja Sama Ekonomi dan Pembangunan Jerman Svenja Schulze, 10 Februari 2022.

Luhut dalam acara tersebut memaparkan bahwa GII adalah cara yang inovatif dalam mempercepat dan memprioritaskan proyek infrastruktur yang berkaitan dengan lingkungan dan iklim.

Acara 2nd Steering Committee Session GII sendiri merupakan kelanjutan dari sesi pertama sekaligus peresmian dari GII yang dilakukan pada Maret 2021 lalu.

“Indonesia terbuka untuk investasi dan transfer teknologi, terlebih terkait dengan green investment. Masyarakat kami layak untuk mendapatkan air dan udara yang bersih, dan kami berusaha untuk menyediakannya demi generasi berikutnya serta komunitas global. GII akan menjadi cara untuk mewujudkannya," katanya.

Kelima belas proyek ini berasal dari empat provinsi yaitu Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Bali. Adapun 15 ajuan proyek tersebut terdiri dari sektor Pengelolaan Sampah Padat, Pengelolaan Air dan Air Limbah, serta Transportasi Publik Perkotaan.

Ketiga sektor tersebut merupakan tiga sektor yang menjadi fokus dari GII, dengan salah satu proyek yang diajukan adalah Integrated Citarum Wastewater Management. Proyek tersebut merupakan bagian dari program “Citarum Harum” dan salah satu dari Proyek Strategis Nasional (PSN).

Selain Citarum, beberapa proyek ajuan lainnya adalah Low Carbon Tourism Destination Development: Nusa Penida Islands, Surabaya Regional Railway Line – 2nd Phase Jawa Timur, TPA Regional and TPST Regional Magelang and Borobudur Jawa Tengah.

Regional Sanitary Landfill (TPA) Sarbagita juga menjadi proyek ajuan untuk GII dalam menangani sampah di kawasan Sarbagita yang sudah menjadi perhatian negara.

Sementara itu, Svenja mengatakan bahwa masa depan yang ramah iklim di kota-kota yang layak huni untuk semua orang hanya dapat dicapai jika kita memiliki ekonomi sirkular dan pengelolaan limbah yang berkelanjutan.

Termasuk di dalamnya meningkatkan transportasi yang ramah iklim, dan membangun sistem pengelolaan air dan air limbah yang ramah lingkungan dan ramah sumber daya.

"Respons yang baik ini menunjukkan bahwa inisiatif ini merupakan pendekatan yang tepat untuk mengimplementasikan prioritas nasional dan lokal Indonesia dalam mengatasi perubahan iklim dan degradasi lingkungan," tuturnya.

Pada pertemuan tersebut, kedua menteri mengesahkan beberapa resolusi yang akan menjadi fondasi perjalanan GII selanjutnya.

Selain pengesahan proyek, dua provinsi juga turut disahkan menjadi provinsi yang akan mengimplementasikan GII, yakni Yogyakarta dan Nusa Tenggara Timur. Keduanya menjadi provinsi yang berkomitmen untuk melakukan infrastruktur yang berkelanjutan dengan turut menjadi bagian dari GII.

Di kesempatan tersebut, anggota Steering Committee juga menyampaikan kemajuan dari GII selama enam bulan terakhir sejak sesi GII Steering Committee pertama.

Selain itu, dipaparkan gambaran pelaksanaan GII di tahun 2022 yang disampaikan oleh Deputi Dirjen dan Komisioner untuk Asia Kementerian Kerja Sama Ekonomi dan Pembangunan Republik Federal Jerman Gisela Hammerschmidt.

Deputi Bidang Koordinasi Pengelolaan Lingkungan dan Kehutanan Kemenko Marves Nani Hendiarti menyampaikan apresiasinya terhadap komitmen empat provinsi dalam penyusunan proposal proyek serta harapan akan perjalanan inisiatif ini ke depannya.

"Saya senang melihat bahwa proposal proyek GII memperlihatkan komitmen yang jelas dan dapat mencapai tujuan untuk mereduksi emisi gas kaca, serta memperbaiki lingkungan di sekitar kita," tutupnya.