Kisah Iceberg B-22A Terlepas dari Gletser Thwaites

Kamis, 20 April 2023 16:09 WIB

Penulis:Pratiwi

antartika b22.jpg

 

 

ANTARTIKA (sijori.id) - Iceberg B-22A  yang pertama kali lepas dari Gletser Thwaites Antartika pada Maret  2002 adalah bagian terbesar yang tersisa dari B-22. Bongkahan  es kolosal  terlepas dari Gletser Thwaites  yang juga dikenal sebagai Gletser Kiamat. Selama ini waktu, B-22A  mempertahankan banyak es aslinya dan mencakup sekitar  3.000 kilometer persegi.

Setelah melepaskan diri dari gletser di masa awal, B-22A melayang bebas di lepas pantai Antartika hingga tersangkut di bagian dasar laut  pada tahun 2012. Gunung es itu terjebak sekitar  53 kilometer dari tempatnya  lahir.  Ini   berarti rata-rata pergerakannya  2,6 km per tahun. Menurut NASA ini  yang merupakan salah satu penjelajahan rata-rata paling lambat dari gunung es mana pun yang pernah tercatat.

Tapi sekarang, gunung es  telah dibebaskan. Foto satelit dari satelit Terra dan Aqua milik NASA mengungkapkan  gunung es mulai bergerak lagi pada 24 Oktober 2022. Pada 26 Maret 2023 B-22A telah melayang sekitar  175 km ke barat laut. 

“Ini  berarti telah melakukan perjalanan lebih dari tiga kali lipat dalam enam bulan dibandingkan yang berhasil dilakukan dalam 247 bulan sebelumnya,” tulis Live Science Rabu 19 April 2023.

Begitu gunung es besar keluar dari lapisan es atau gletser, biasanya hanya perlu beberapa tahun untuk melakukan perjalanan jauh dari daerah kutub ke perairan yang lebih hangat. Dan akhirnya akan pecah serta mencair.

Jarang bongkahan es yang mengapung tetap utuh selama lebih dari satu dekade, tetapi hal ini ernah terjadi. Pada bulan Maret 2013, sebuah gunung es besar bernama B-15T terlihat 13 tahun setelah lepas dari Antartika. Dan  saat itu dia telah mengelilingi separuh benua.

Para ilmuwan sangat khawatir tentang B-22A yang menjelajah jauh dari Antartika karena dapat berdampak pada stabilitas Gletser Thwaites.

Gunung es yang tidak bergerak dapat mendinginkan perairan di sekitarnya hingga  dapat memberikan efek stabilisasia gletser dan massa es lainnya. Tetapi juga  juga merusak ekosistem laut jika terjebak lebih jauh.

Pada musim semi tahun 2020, alarm dibunyikan ketika gunung es yang dulunya terbesar di dunia, A68, bertabrakan dengan sebuah  pulau di Georgia Selatan di Samudra Atlantik Selatan.

Meskipun mencair lebih lambat dari perkiraan semula, Doomsday Glacier tetap berada dalam situasi genting.  Penelitian terbaru menunjukkan bahwa tingkat pencairannya dapat meningkat pesat di masa depan. Oleh karena itu, penting bagi para peneliti untuk memantau setiap perubahan yang mungkin dipicu oleh lepasnya gunung es. (*)