Mengenal Bayraktar TB2

Rabu, 31 Mei 2023 13:13 WIB

Penulis:Pratiwi

Bayraktar-TB2-drone.jpg

 

 

 

 

KYIV (sijori.id) - Pada bulan-bulan awal perang, drone Bayraktar TB2 Turki dielu-elukan sebagai penyelamat Ukraina dan masa depan peperangan. Berbagai laporan dan video muncul tentang bagamana senjata ini Ukraina menyerang tank, kendaraan lapis aja  dan kapal patroli Rusia. Kepopuleran mereka bahkan menginspirasi sebuah lagu rakyat yang viral.

Namun setahun kemudian, drone yang dulu begitu mendominasi kini hampir seluruhnya telah ditembak jatuh. Dan yang masih ada direduksi menjadi tugas pengintaian.

Salah satu pertemuan besar terakhir yang melibatkan drone buatan Turki ini adalah penyerangan ke Pulau Ular. Serangan  dimulai pada minggu-minggu pertama bulan Mei dan berlangsung hingga akhir Juni. Rusia akhirnya mundur dari pulau kecil tersebut.

Sejak itu nyaris tidak ada kabar tentang TB2. Banyak pengamat percaya  Rusia telah meningkatkan keefektifan sistem pertahanan udara berlapisnya setelah belajar dari kesalahannya sebelumnya.

Samuel Bendett,  analis dan pakar sistem militer tak berawak dan robotik di Center for Naval Analyses mengatakan, drone seperti TB2 akan  bekerja dengan baik jika tidak ada  pertahanan udara dan peperangan elektronik canggih yang disusun untuk melawan mereka.

“Sebagai UAV yang relatif lambat dan terbang rendah, TB2  dapat menjadi target berbagai sistem pertahanan udara yang terorganisir dengan baik. Dan ini juga terjadi di Libya dan di Nagorno-Karabakh,” katanya dikutip Insider Minggu 28 Mei 2023.

Meski Rusia rentan terhadap serangan dari pesawat tak berawak Ukraina pada bulan-bulan awal perang, mereka  segera beradaptasi. Salah satunya  meningkatkan peperangan elektroniknya. Dan  sejak itu berhasil menjatuhkan dan mengganggu banyak pesawat tak berawak Ukraina. Bendett menegaskan begitu militer Rusia bertindak bersama, mereka mampu menjatuhkan banyak TB2.

Ukraina mengatakan tahun lalu telah menerima 50 drone TB2 sejak invasi Rusia dimulai. Tetapi pada akhir 2022, sebagian besar telah menghilang dari medan perang.

Sementara komandan pasukan pertahanan udara Rusia, Letnan Jenderal Andrey Demin pada bulan April mengklaim, pihaknya telah menghancurkan lebih dari 100 drone tersebut.

“Sekarang Ukraina menggunakan TB2 terutama untuk tujuan intelijen, pengawasan, dan pengintaian. Tidak lagi untuk menyerang,” tambah Bendett.

Pasukan Ukraina menggunakan optik dan sensor canggih drone untuk memandu drone lain dalam melakukan serangan. Tugas ini dilakukan TB2 sambil tetap berada di luar jangkauan sistem udara dan peperangan elektronik Rusia.

Bendett  menjelaskan lokasi drone ditentukan oleh radar peringatan dini yang digunakan oleh pasukan Rusia. Transmisi mereka terganggu dan macet menggunakan senjata perang elektronik. Selain itu, Moskow juga menggunakan berbagai senjata termasuk senapan mesin,  dan sistem pertahanan udara, seperti sistem rudal Tor untuk menembak drone.
 

 

Meningkatkan Pertahanan Udara

Rusia juga telah bekerja tanpa henti untuk memajukan teknologi pertahanan udaranya demi efektivitas yang lebih baik. Misalnya militer telah mengerahkan stasiun radar Niobium  di garis depan. Sistem ni mampu  memindai langit dalam radius 500 kilometer sekaligus melacak ratusan objek atau target potensial.

Meningkatnya kemampuan Rusia melawan drone juga diakui Royal United Service Institute atau RUSI. Lembaga pemikir yang berbasis di London ini bahkan  memperkirakan Rusia saat ini bisa menjatuhkan sekitar 10.000 drone Ukraina setiap bulan.

Keberhasilan ini menunjukkan peperangan elektronik adalah komponen penting dari taktik Rusia. Dan  berkontribusi pada kerugian besar drone Ukraina.

Laporan itu tidak merinci model mana yang paling banyak menjadi korban. Tetapi James Patton Rogers, seorang profesor studi perang dan pakar drone Universitas Denmark Selatan mengatakan,  sebagian besar yang hilang adalah  drone komersial kecil yang digunakan untuk pengawasan.

Estimasi menunjukkan skala yang belum pernah terjadi sebelumnya di mana UAV digunakan di Ukraina. Rogers menambahkan bahwa ini adalah salah satu konflik drone vs drone pertama di dunia.

Laporan RUSI juga mengakui tentang rapatnya sistem peperangan elektronik Rusia. Lembaga ini mengatakan  sepanjang kira-kira 1.000 km  dari garis depan konflik, Rusia memelihara sistem perang elektronik besar kira-kira setiap 10 km.  Mereka ditempatkan sekitar 6 km dari garis depan dan difokuskan terutama pada penetral drone.

Sistem canggih Rusia yang digunakan termasuk  stasiun gangguan Shipovnik-Aero yang sulit dideteksi dan dapat meniru sinyal lain.  Sistem ini juga memiliki jangkauan efek yang canggih untuk menjatuhkan UAV.

Secara keseluruhan, para peneliti RUSI mengatakan bahwa setelah bencana kinerja tentara Rusia di awal  mereka melakukan perubahan di banyak hal. Hasilnya adalah struktur yang menjadi lebih baik dari waktu ke waktu dalam mengelola masalah yang segera dihadapinya, tetapi juga terus berjuang untuk mengantisipasi ancaman baru.

“Ukraina saat ini masih memiliki inisiatif. Tetapi saat militer Rusia beradaptasi, tidak ada ruang untuk berpuas diri,” tulis Rusi. (*)