sijori.id

Perikanan Tuna Terancam

Senin, 17 Juli 2023 13:53 WIB

Penulis:Pratiwi

Editor:Pratiwi

tuna.jpg

 

 

JAKARTA (sijori.id) - Jurnal NPJ Ocean Sustainability menyebutkan para peneliti memprediksi biomassa spesies tuna mata besar, cakalang, dan tuna sirip kuning akan mengalami peningkatan dengan rata-rata meningkat 21% pada pertengahan abad ini. Peningkatan tersebut akan berpusat di Clarion-Clipperton Zone, wilayah Samudera Pasifik di antara Hawaii dan Meksiko.

Sebuah studi yang dirilis pada 11 Juli 2023, menyebutkan bahwa aktivitas penambangan laut dalam di Samudera Pasifik akan mengganggu industri ikan tuna. Hal tersebut didorong oleh perubahan iklim yang terjadi akibat kegiatan pernambangan tersebut.

Mengutip dari CNA, Badan PBB yang mengatur sektor ini diperkirakan akan menunda rencana untuk mengekstraksi mineral dari dasar laut karena potensi risiko lingkungan dan ekonomi.

Studi tersebut menyatakan, ada ketidakpastian dampak perubahan iklim terhadap kesehatan dan jangkauan geografis tuna. Ketidakpastian tersebut akan bertambah akibat penambangan laut dalam. Ketidakpastian ini akan semakin mengancam spesies tuna dan perikanan terkait.

Hal tersebut berpotensi memberikan dampak pada ikan yaitu gumpalan sedimen yang diaduk oleh penambangan nodul laut, kebisingan yang terjadi, atau polusi cahaya yang dapat mempengaruhi tingkat reproduksi dan migrasi.

Tentu saja dengan dampak negatif ini, sektor perikanan terutama ikan tuna akan mengalami kemunduran. Melansir laporan dari Fortune Business Insights, sektor ikan tuna global memiliki pangsa pasar yang diperkirakan mencapai USD 41,06 miliar (Rp613,51 triliun).

Laporan tersebut juga memproyeksikan pangsa pasar sektor ini akan tumbuh menjadi USD 42,08 miliar (Rp628,75 triliun) di tahun 2023 dan akan mencapai USD 51,25 miliar (Rp765,77) di tahun 2030. (*)

Tags:tuna