Senin, 08 Agustus 2022 07:52 WIB
Penulis:Pratiwi
PROBOLINGGO (sijori.id) - Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) Kelurahan Pilang, Kecamatan Kademangan, yang tergabung dalam Heppiii Community Probolinggo terus mempromosikan kopi mangrove ke pasar yang lebih besar seperti swalayan. Kopi yang tidak biasa ini adalah hasil produksi warga setempat yang memiliki banyak lahan mangrove.
Ketua Pokdarwis Heppiii Community Kelurahan Pilang, Mahmud Z mengatakan industri rumahan kopi mangrove ini sudah dimulai sejak tahun 2017.
Saat itu kata dia Pokdarwis yang mengelola kawasan wisata Pantai Permata Pilang ini mendapatkan pelatihan dari Pemerintah kota setempat terkait potensi biji mangrove yang bisa diolah menjadi seduhan minuman kopi.
"Sampai sekarang setiap bulan kita sudah bisa menjual dengan kemasan dan sudah ada izin edar BPOM, kita beri merk komang, yang artinya kopi mangrove. Produksi kita belum banyak, sekarang masih proses promosi ke swalayan-swalayan, tapi ada juga yang sudah dititipkan di toko," jelasnya, Senin (8/8).
Selain itu kopi mangrove juga dijual di stan kuliner di obyek wisata Pantai Permata Pilang. Satu gelas dijual dengan harga Rp5 ribu. Saat ada pameran, pemerintah setempat juga selalu memberikan kesempatan kepada Pokdarwis untuk membuka stan. Saat itulah kopi mangrove ini juga turut dipajang.
Proses pembuatan kopi mangrove juga sama dengan kopi pada umumnya, yakni biji dipetik, kemudian disangrai, lalu dicampur sedikit kopi untuk memberikan aroma kopi, atau jahe jika menginginkan rasa jahe.
"Beberapa waktu lalu ada kunjungan dari Disbudpar dalam rangka acara Sapta Pesona Destinasi wisata Pantai Permata Pilang, yang hadir ada tamu dari Swedia dan mencicipi langsung kopi mangrove, tamu juga bawa pulang kopi ini. Mereka memberikan apresiasi, karena selain bisa dijadikan tempat wisata dan menjaga abrasi pantai, magrove juga ada produk turunannya dari sirup, tepung sampai kopi mangrove," terangnya.
Lurah Pilang Rois Siswanto mengatakan saat ini produk tersebut tengah digencarkan distribusinya ke swalayan. Pihaknya masih mengurus izin PIRT atau yang lebih dikenal dengan Sertifikat Produksi Pangan Industri Rumah Tangga.
"Sementara ini kopi mangrove baru dikenal di wilayah Probolinggo, tapi kalau secara online sudah banyak dikenal, karena kita juga jual dan promosikan secara online. Kami juga sudah titipkan di warung-warung dan kini proses ke swalayan sambil menunggu izin keluar," terangnya.
Koordinator Heppiii Community Probolinggo Andi Susanto mengatakan pihaknya mendorong Pokdarwis maupun karang taruna (karta) untuk memajukan desa dengan memaksimalkan potensi desa yang ada. Pihaknya berharap kopi mangrove bisa makin dikenal dan kedepannya secara nilai ekonomi bisa memberikan manfaat dan kesejahteraan kepada warga sekitar.
"Di Probolinggo banyak potensi desa yang bisa dimaksimalkan oleh karta seperti obyek wisata dan budaya, kami tentu sangat mengapresiasi dan mensupport apa yang dilakukan oleh warga setempat," ungkapnya. (*)
Bagikan