Taylor Swift Jadai Korban Deepfake AI

Selasa, 30 Januari 2024 08:37 WIB

Penulis:Pratiwi

Taylor Swift: The Eras Tour Tidak Akan Dirilis di Layanan Streaming Sampai Pemogokan Aktor Hollywood Selesai
Taylor Swift

(sijori.id) - Penyanyi, penulis lagu, dan aktris terkenal asal Amerika Serikat, Taylor Swift baru-baru ini menjadi korban deepfake AI. Tersebar di sosial media, gambar palsu berkonten seksual yang menunjukkan muka musisi asal Pennsylvania tersebut.

Saat ini, para penggemar yang disebut Swifties dan anggota parlemen tengah ramai-ramai mengutuk gambar tersebut. Mereka juga mendesak perlindungan untuk perempuan dan penegakan aturan terhadap teknologi dan platform yang menyebarkan konten semacam itu.

Gambar ini pertama kali diunggah di X (sebelumnya Twitter) dan telah dilihat 47 juta kali sebelum akun akhirnya terkena suspend. Meskipun beberapa akun telah di suspend, gambar-gambar tersebut terus menyebar di platform lain.

Penggemar Taylor Swift yang tidak terima terus memprotes dengan membanjiri platform sosial media milik Elon Musk ini dan dan menggunakan kata kunci “Protect Taylor Swift” yang berarti lindungi Taylor Swift, untuk menyaring gambar-gambar tersebut.

Dikutip TrenAsia.com dari New York Times pada Jum’at, 26 Januari 2024, Reality Defender, perusahaan keamanan siber, mengidentifikasi bahwa gambar-gambar tersebut dibuat menggunakan kecerdasan buatan dengan tingkat kepercayaan 90%.

Seiring dengan boomingnya industri kecerdasan buatan, perusahaan-perusahaan berlomba-lomba merilis alat-alat yang memungkinkan pengguna membuat gambar, video, teks, dan rekaman audio dengan instruksi yang mudah.

Meskipun alat-alat kecerdasan buatan ini semakin populer, tentu ada sisi negatif dibaliknya yaitu keberadaan oknum-oknum yang membuat deepfake, yaitu gambar dan video palsu yang menampilkan orang-orang melakukan atau mengatakan hal-hal yang sebenarnya tidak mereka lakukan.

Para peneliti khawatir bahwa deepfake dapat menjadi kekuatan disinformasi, memungkinkan pembuatan gambar telanjang tanpa persetujuan atau penggambaran memalukan terhadap kandidat politik.

X, platform yang terlibat, mengklaim memiliki kebijakan nol toleransi, tetapi menghadapi peningkatan konten bermasalah sejak diakuisisi oleh Elon Musk.

Meskipun banyak perusahaan melarang pembuatan konten eksplisit, nyatanya banyak orang masih mencari cara untuk melanggar aturan tersebut.

Gambar-gambar berasal dari saluran di aplikasi Telegram, dan upaya negara untuk membatasi deepfake belum memberikan dampak yang cukup signifikan. Pada praktiknya, regulasi yang jelas juga belum ada dan kebijakan melaporkan konten dinilai tidak cukup efektif.