Senin, 23 Oktober 2023 06:02 WIB
Penulis:Pratiwi
(sijori.id) - Papeda adalah bubur sagu lezat yang menjadi makanan pokok khas Indonesia Timur bahkan telah memperoleh popularitas di seluruh dunia. Pada tanggal hari ini tepatnya pada tanggal 20 Oktober di tahun 2015, papeda secara terbuka dinyatakan sebagai Warisan Budaya Takbenda Indonesia atau Indonesian Intangible Cultural Heritage.
Sagu sendiri adalah makanan pokok dari masyarakat Papua yang menempati wilayah sungai, berawa, pesisir pantai dan danau. Pada umumnya, mata pencaharian utama warga setempat adalah meramu sagu, menangkap ikan, berburu, dan berkebun.
Seperti yang dilansir Trenasia dari Google Doodle, jutaan pohon sagu telah menutupi pulau-pulau di Indonesia dan masyarakat setempat telah memanennya untuk diekspor ke negara lain atau untuk dimasak untuk membuat masakan seperti papeda.
Satu pohon sagu dapat menghasilkan hampir 150 hingga 300 kilogram pati sagu. Pohon sagu memiliki berbagai nutrisi yang dibutuhkan oleh tubuh, seperti protein, karbohidrat, kalsium, dan zat besi. Seperti yang dilansir dari Perpustakaan BPNB Jawa Barat, papeda sebagai salah satu hasil olahan sagu tidak hanya digunakan sebagai bahan makanan untuk kebutuhan tubuh saja.
Dalam kehidupan masyarakat setempat, papeda memiliki nilai sosial, budaya, dan ekonomi yang sangat kuat sehingga masih dipertahankan hingga saat ini. Sagu juga masih digunakan dalam berbagai ritual dan upacara di Papua dan Maluku, seperti Watani Kame, sebuah upacara yang menandai berakhirnya siklus kematian seseorang.
Berdasarkan jenis pohonnya masyarakat lokal di Papua mengenal dua jenis pohon yaitu pohon sagu berduri dan pohon sagu tidak berduri. Meski begitu, setiap suku di tanah Papua atau Provinsi Papua dan Papua Barat memiliki sistem pengetahuan untuk mengklasifikasinya sendiri-sendiri, di mana masyarakat lokal Sentani mengenal 17 spesies sagu dan masyarakat Moi di Sorong mengenal 6 spesies sagu.
Pengolahan Sagu
Papeda tidak hanya digunakan masyarakat Papua sebagai makanan pokok, melainkan juga masyarakat Maluku. Proses pengolahan sagu menjadi bubur papeda memerlukan perkakas belanga terlebih dahulu.
Anda perlu mendidihkan air kemudian tuangkan air mendidih tersebut ke dalam saripati sagu sambil diaduk sampai mengental dan terjadi perubahan warna yaitu dari putih menjadi bening keabu-abuan.
Pengadukan sagu dalam proses ini harus dilakukan secara searah sampai teksturnya benar-benar merata menjadi seperti bubur lem.
Rasa papeda sendiri sebetulnya tawar sehingga sangat cocok jika disajikan bersama dengan ikan kuah kuning khas Maluku dan sayur. Kuliner tersebut dulunya hanya bisa didapatkan ketika acara-acara adat atau tradisional salah satunya di masyarakat Maluku. Akan tetapi, sekarang papeda bisa dijumpai di rumah makan maupun restoran-restoran mewah lainnya. (*)
Bagikan