harapan hidup
Jumat, 05 September 2025 18:14 WIB
Penulis:Pratiwi

AMERIKA (sijori.id) - Lonjakan usia harapan hidup yang sempat terjadi pada paruh pertama abad ke-20 kini melambat drastis. Sebuah studi terbaru yang dipublikasikan di jurnal PNAS menunjukkan, tidak ada generasi yang lahir setelah 1939 yang kemungkinan akan mencapai usia rata-rata 100 tahun.
Penelitian ini menganalisis tren harapan hidup di 23 negara berpendapatan tinggi dengan tingkat kematian rendah. Data diambil dari Human Mortality Database dan diolah menggunakan enam metode peramalan mortalitas berbeda.
“Kenaikan usia harapan hidup yang luar biasa pada paruh pertama abad ke-20 tampaknya sulit terulang dalam waktu dekat,” kata Héctor Pifarré i Arolas, peneliti dari University of Wisconsin-Madison, Amerika Serikat. “Tanpa terobosan besar yang benar-benar memperpanjang usia manusia, peningkatan ini tak akan menyamai lonjakan cepat yang terjadi di awal abad ke-20, bahkan jika tingkat kelangsungan hidup orang dewasa membaik dua kali lipat dari perkiraan kami.”
Antara 1900 dan 1938, usia harapan hidup meningkat hampir lima setengah bulan di setiap generasi baru. Jika pada 1900 rata-rata usia harapan hidup di negara maju sekitar 62 tahun, maka pada 1938 angka ini melonjak menjadi 80 tahun. Namun, setelah itu laju pertumbuhan melambat menjadi sekitar tiga bulan per generasi bagi mereka yang lahir antara 1939 dan 2000.
“Kami memproyeksikan generasi yang lahir pada 1980 tidak akan mencapai usia rata-rata 100 tahun. Tak satu pun kohort dalam studi kami akan menyentuh angka tersebut,” ujar José Andrade, peneliti dari Max Planck Institute for Demographic Research.
Penurunan laju peningkatan ini terutama karena lonjakan usia harapan hidup pada masa lalu didorong oleh penurunan angka kematian bayi yang sangat signifikan, berkat kemajuan medis dan perbaikan kualitas hidup di negara-negara maju. Kini, angka kematian bayi dan anak sudah sangat rendah sehingga perbaikan pada kelompok usia lanjut tidak cukup untuk mempertahankan laju pertumbuhan sebelumnya.
“Bahkan jika perkiraan kami terlalu pesimistis, pembalikan tren ini tetap tidak mungkin,” tulis para peneliti.
Temuan ini diharapkan dapat menjadi panduan bagi pemerintah dalam mempersiapkan sistem layanan kesehatan, perencanaan pensiun, serta kebijakan sosial untuk menghadapi perubahan demografis yang akan datang. (*)
Bagikan