Tidak Adil Mencela Industri sebagai Penyebab Krisis Iklim

Selasa, 28 November 2023 12:49 WIB

Penulis:Pratiwi

Sekretaris Jenderal Organisasi Negara Pengekspor Minyak (OPEC) Haitham Al Ghais
Sekretaris Jenderal Organisasi Negara Pengekspor Minyak (OPEC) Haitham Al Ghais (Reuters/Hasnoor Hussain)

Sekretaris Jenderal OPEC Haitham Al Ghais pada Senin, 27 November 2023, menuduh Badan Energi Internasional (IEA) memfitnah industri minyak dan gas. Hal itu menyusul bentrokan terbaru antara kelompok-kelompok tersebut mengenai kebijakan iklim.

Al Ghais mengacu pada catatan yang diterbitkan oleh pemantau energi dari dunia barat pada Kamis yang mengatakan industri bahan bakar fosil menghadapi momen kebenaran, di mana produsen harus memilih antara memperdalam krisis iklim atau beralih ke energi bersih.

“Ini menyajikan sudut pandang yang sangat sempit mengenai tantangan yang dihadapi di depan kita, dan mungkin dengan cepat mengabaikan isu-isu seperti keamanan energi, akses energi, dan keterjangkauan energi,” kata Al Ghais dalam sebuah pernyataan, dikutip dari Reuters, Selasa, 28 November 2023.

“Ia juga secara tidak adil mencela industri sebagai penyebab krisis iklim.” Organisasi Negara Pengekspor Minyak (OPEC) dan IEA yang berbasis di Paris telah berulang kali bentrok dalam beberapa tahun terakhir mengenai isu-isu seperti prospek permintaan minyak jangka panjang dan investasi dalam pasokan hidrokarbon baru.

Konflik terbaru terjadi ketika Uni Emirat Arab (UEA), produsen utama OPEC, bersiap-siap menjadi tuan rumah KTT iklim PBB COP28 di akhir pekan ini. Al Ghais mengatakan OPEC akan hadir dalam pembicaraan iklim.

IEA memproyeksikan permintaan bahan bakar fosil dunia mencapai puncaknya pada tahun 2030 seiring dengan peningkatan penggunaan mobil listrik dan perlambatan pertumbuhan ekonomi China yang beralih ke energi yang lebih bersih.

OPEC, yang secara de facto dipimpin oleh pengekspor minyak utama Arab Saudi, tidak setuju dengan prediksi tersebut. Mereka menggambarkan proyeksi seperti itu sebagai berbahaya. Hal itu lantaran prediksi sering disertai dengan seruan untuk menghentikan investasi minyak dan gas baru yang kemudian akan membahayakan keamanan energi.

Dalam catatan hari Kamis, IEA juga mengkritik teknologi penangkapan karbon. “Industri perlu berkomitmen untuk benar-benar membantu dunia memenuhi kebutuhan energi dan tujuan iklimnya, yang berarti melepaskan ilusi bahwa penangkapan karbon dalam jumlah besar adalah solusinya,” kata pernyataan IEA yang dipublikasikan di situs webnya.

UEA, negara Arab kedua setelah Mesir yang menjadi tuan rumah KTT iklim pada tahun 2022, bersama dengan produsen energi lainnya di Teluk, memanggil untuk melakukan transisi energi yang dianggap lebih realistis di mana bahan bakar fosil akan tetap memiliki peran dalam menjaga pasokan energi sementara industri melakukan dekarbonisasi.

Al Ghais mengatakan sangat disesalkan bahwa IEA menyebut teknologi seperti pemanfaatan dan penyimpanan penangkapan karbon (CCUS) sebagai ilusi, seperti yang terlihat dalam laporan Panel Antarpemerintah tentang Perubahan Iklim PBB sebagai bagian dari solusi.

“Kebenaran yang perlu diucapkan itu sederhana dan jelas bagi mereka yang ingin melihatnya. Tantangan energi di hadapan kita sangat besar dan kompleks dan tidak dapat dibatasi pada satu pertanyaan biner,” ujar Al Ghais.

OPEC+, yang merupakan gabungan antara OPEC dan sekutunya seperti Rusia, memutuskan tahun lalu untuk menghentikan penggunaan data dari IEA saat menilai kondisi pasar minyak.

Arab Saudi juga menyalahkan IEA—dan prediksi awalnya untuk penurunan produksi Rusia sebesar 3 juta barel per hari (bpd) akibat perang di Ukraina—atas keputusan Washington untuk menjual minyak dari cadangannya. (*)

Tags:Opec