3 Ilmuwan Peraih Nobel Kedokteran 2025 adalah ...

Pratiwi - Rabu, 08 Oktober 2025 12:29 WIB
null

STOCKHOLM (sijori.id) — Hadiah Nobel Kedokteran atau Fisiologi 2025 dianugerahkan kepada tiga ilmuwan — dua dari Amerika Serikat dan satu dari Jepang — atas temuan mereka yang menjelaskan bagaimana sistem kekebalan tubuh melindungi manusia dari ribuan mikroba penyusup.

Mary E. Brunkow, Fred Ramsdell, dan Shimon Sakaguchi dinobatkan sebagai penerima penghargaan bergengsi itu karena “penemuan mendasar mengenai toleransi imun perifer,” demikian diumumkan Komite Nobel di Stockholm, Senin (6/10).

Ketiganya dikenal berkat identifikasi mereka terhadap regulatory T cells — sel khusus yang berfungsi layaknya “penjaga keamanan” dalam sistem imun, mencegah tubuh menyerang dirinya sendiri, yang menjadi penyebab berbagai penyakit autoimun.

“Penemuan mereka sangat menentukan bagi pemahaman kita tentang cara kerja sistem kekebalan dan mengapa sebagian besar manusia tidak mengalami penyakit autoimun berat,” ujar Olle Kämpe, Ketua Komite Nobel.

Temuan itu membuka jalan bagi pengembangan terapi baru untuk mengatasi penyakit autoimun, meningkatkan efektivitas pengobatan kanker, serta mengurangi risiko komplikasi setelah transplantasi organ dan sel punca.

Temuan dari Jepang ke Amerika

Shimon Sakaguchi, imunolog dari Universitas Osaka, pada 1995 menemukan bahwa sistem imun memiliki mekanisme tambahan untuk mencegah tubuh menyerang jaringannya sendiri. Dari penelitian terhadap tikus, ia mengidentifikasi jenis sel baru yang kemudian dinamakan regulatory T cells.

Dua ilmuwan Amerika, Brunkow dan Ramsdell, melanjutkan temuan itu pada awal 2000-an. Mereka meneliti jenis tikus yang sangat rentan terhadap penyakit autoimun, dan setelah bertahun-tahun menemukan mutasi pada gen Foxp3. Mutasi pada gen ini juga ditemukan pada manusia dan diketahui menjadi penyebab sindrom autoimun langka, IPEX.

Pada 2003, Sakaguchi membuktikan bahwa gen Foxp3 mengatur perkembangan regulatory T cells — temuan yang menjadi dasar penting bagi pemahaman modern tentang toleransi imun.

Harapan bagi Dunia Medis

Sakaguchi mengaku terkejut sekaligus gembira menerima kabar penghargaan itu. “Saya berharap temuan ini mendorong lebih banyak penelitian untuk menerapkan T regulatory cells dalam pengobatan berbagai penyakit imunologis,” ujarnya kepada Komite Nobel.

Brunkow kini menjabat manajer program di Institute for Systems Biology, Seattle, sementara Ramsdell merupakan salah satu pendiri perusahaan bioteknologi Sonoma Biotherapeutics di San Francisco.

Annette Dolphin, Presiden Physiological Society di Inggris, menyebut temuan ketiganya memberi “wawasan vital mengenai regulasi sistem kekebalan tubuh” serta membuka kemungkinan baru dalam terapi penyakit autoimun, transplantasi, dan kanker.

“Ini contoh nyata bagaimana penelitian fisiologi dasar dapat membawa dampak luas bagi kesehatan manusia,” katanya.

Hadiah Nobel Kedokteran tahun ini bernilai 11 juta krona Swedia atau sekitar 1 juta dolar AS. Tahun sebelumnya, penghargaan serupa diberikan kepada Victor Ambros dan Gary Ruvkun atas penemuan microRNA, sementara pada 2023 kepada Katalin Karikó dan Drew Weissman berkat riset mereka tentang vaksin mRNA Covid-19. (*)

RELATED NEWS