80.902 Karyawan Perusahaan Start Up Di-PHK
JAKARTA (sijori.id) - Badai pemutusan hubungan kerja (PHK) perusahaan rintisan (start up) menjadi fenomena yang menandai pergolakan ekonomi pada tahun 2022. Dikutip dari data Layoffs.fyi, tercatat ada 80.902 karyawan start up yang terdampak PHK di seluruh dunia. Sementara itu, jumlah start up yang menempuh langkah PHK massal tercatat ada 630 perusahaan.
Pada bulan Januari, jumlah karyawan start up yang di-PHK masih terhitung sedikit jika dibandingkan jumlah pada bulan-bulan setelahnya. Pada saat itu, tercatat ada 510 karyawan yang di-PHK.
Pada bulan Februari, jumlahnya meningkat hingga 610% dibandingkan bulan sebelumnya, yakni mencapai 3.625 karyawan.
Setelah itu, jumlah karyawan yang di-PHK terus bertambah dan memuncak pada Juni 2022 yang mana pada saat itu tercatat ada 17.464 karyawan yang harus undur diri dari perusahaan tempat mereka bekerja.
Pada bulan-bulan setelahnya, jumlah PHK mulai mengalami penurunan sedikit demi sedikit. Sementara itu, sepanjang bulan September, tercatat ada 3.524 karyawan yang di-PHK.
Ditinjau berdasarkan industrinya, karyawan di perusahaan makanan dan minuman tercatat yang paling banyak terkena dampak PHK, yakni sebanyak 11.436 karyawan.
Industri makanan dan minuman diikuti oleh industri transportasi sebanyak 9.766 karyawan sementara industri yang paling sedikit mencatat PHK adalah konstruksi, yakni 280 karyawan.
Di Indonesia, badai PHK start up ini pun menjadi fenomena yang tidak terhindari. Beberapa waktu lalu saja, PT Shopee Internasional Indonesia baru saja mengumumkan pemangkasan karyawan untuk mengefisiensikan bisnis di tengah gejolak ekonomi yang membayang-bayangi.
Selain Shopee, ada juga beberapa perusahaan start up yang menempuh langkah PHK massal untuk beradaptasi dengan kondisi makroekonomi yang tengah menerpa, misalnya LinkAja, Zenius, TaniHub, Pahamify, Mamikos, dan lain-lain.
Badai PHK yang berlangsung sepanjang tahun 2022 ini dicermati oleh banyak pihak sebagai penanda fenomena bubble burst, yakni kondisi ketika pertumbuhan ekonomi atau nilai pasar naik dengan sangat cepat namun diikuti oleh penurunan atau kontraksi yang singkat pula. (*)