Amerika Beri Sinyal Bersiap Mundur dari Irak

Pratiwi - Sabtu, 27 Januari 2024 16:33 WIB
null

BAGHDAD (sijori.id) - Amerika diperkirakan akan segera memulai pembicaraan mengenai masa depan kehadiran militer mereka di Irak. Amerika dan Irak sebagaimana dilaporkan CNN 25 Januari 2024 telah memulai pembicaraan terkait rencana tersebut. Kedua pihak pada musim panas tahun lalu juga sepakat untuk membentuk komisi militer yang lebih tinggi. Komite ini akan menjadi sarana untuk pembicaraan. Diskusi antara para pejabat Amerika dan Irak yang mirip dengan kelompok kerja akan fokus pada fase berikutnya dari koalisi anti-ISIS yang dipimpin Amerika.

Pembicaraan mengenai masa depan kehadiran militer Amerika menjadi semakin mendesak di tengah ketidakstabilan regional yang lebih luas. Selain itu juga di tengah meningkatnya seruan publik dari pemerintah Baghdad agar Amerika menarik pasukannya dari negara tersebut. Seruan tersebut muncul sebagai tanggapan terhadap serangan udara Amerika di Irak yang menargetkan militan dukungan Iran yang menyerang personel Amerika di sana.

Menteri Pertahanan Amerika Lloyd Austin pada Kamis 25 Januari 2024 mengkonfirmasi bahwa komisi militer akan diluncurkan dalam beberapa hari mendatang.

Pejabat militer dan pertahanan akan memberi nasihat kepada komisi tersebut. Terutama tentang evolusi misi Koalisi anti ISIS yang paling efektif, dan memastikan kelompok itu tidak akan pernah bangkit kembali.

Amerika saat ini memiliki sekitar 2.500 tentara di Irak. Mereka beroperasi di negara ini dalam kapasitas memberi nasihat dan membantu sejak Desember 2021. Ketika militer Amerika mengumumkan berakhirnya misi tempurnya di negara tersebut. Amerika juga hadir di Suriah untuk melawan ISIS. Namun pejabat pemerintah mengatakan penarikan diri dari negara tersebut tidak dipertimbangkan.

Seorang pejabat senior militer kepada wartawan pada hari Kamis mengatakan bahwa sisa pejuang ISIS di Irak dan Suriah diperkirakan sekitar 1.000 atau lebih. Mereka termasuk pejuang, pemodal, fasilitator, dan jaringan yang akan mendukung pejuang.

“Kelompok ini terus diganggu dan tidak mampu melakukan serangan lebih dari skala kecil di Irak dan Suriah,”kata pejabat yang tidak disebutkan namanya tersebut.

Sebagian dari diskusi akan fokus pada apakah dan kapan penghentian kehadiran militer Amerika di Irak dapat dilakukan. Pejabat itu mengatakan Washington lebih memilih jadwal yang didasarkan pada kondisi di Irak. Termasuk kekalahan ISIS dan stabilitas pemerintah serta pasukan keamanan Irak.

Namun beberapa elemen dalam pemerintahan Irak tampaknya ingin penarikan pasukan dilakukan secepatnya. Pada 10 Januari 2024 kantor Perdana Menteri Irak Mohammed Shia al-Sudani mengatakan, mereka akan segera memulai proses untuk mengakhiri kehadiran pasukan koalisi internasional di Irak secara permanen.

Pada hari Selasa, setelah serangan terakhir Amerika di Irak, juru bicara perdana menteri mengatakan serangan tersebut merusak perjanjian dan berbagai sektor kerja sama keamanan bersama. “Ini terjadi ketika kedua negara berupaya untuk membentuk kembali hubungan masa depan.”

Sekadar Kosmetik?

Sementara seorang mantan pejabat senior militer Amerika mengatakan akan ada beberapa perubahan kosmetik. Tetapi dia berpikir rakyat Irak tidak ingin Amerika pergi.

Mantan pejabat itu menunjuk pada pemungutan suara di parlemen Irak untuk menarik pasukan Amerika dari negara itu tak lama setelah Amerika membunuh seorang komandan senior Iran di Bagdad. Empat tahun setelah pemungutan suara tersebut, militer Amerika tetap berada di Irak atas undangan pemerintah.

“Menurut pikiran saya, Irak menyadari akan sulit bagi mereka untuk bertahan hidup tanpa bantuan signifikan dari Amerika,” katanya.

Amerika dan Irak sepakat untuk memulai perundingan mengenai masa depan kehadiran militer Amerika tahun lalu. Sebelum serangan perang Israel Hamas pecah pada 7 Oktober. Perang ini telah memicu ketegangan regional yang lebih luas dan menguatkan kelompok-kelompok yang didukung Iran, di Irak dan seluruh wilayah Timur Tengah.

Pentagon menyatakan pemerintah Irak belum secara resmi meminta militer Amerika untuk mundur. Dan menekankan pasukan mereka masih berada di sana atas undangan pemerintah Irak. Dan tidak ada batas waktu yang ditetapkan untuk mendapat kesimpulan dari diskusi komisi militer yang lebih tinggi, atau hasil akhir dari diskusi tersebut.

Pada hari Rabu menteri luar negeri Irak mengisyaratkan diskusi yang akan datang. Hal itu disampaikan setelah dia bertemu dengan Duta Besar Amerika untuk Bagdad, Elena Romanowski. Dalam pertemuan itu dia mengaku menerima pesan penting dari pemerintah Amerika kepada pemerintah Irak yang akan dipelajari.

Jon Alterman, Direktur Program Timur Tengah di Pusat Studi Strategis dan Internasional mengatakan, politik kehadiran militer Amerika di Irak telah berbahaya selama lebih dari satu dekade. Namun ini bukanlah sebuah pilihan ganda untuk tetap tinggal atau meninggalkan Irak. Ini juga bukan sebuah proses yang perlu dilakukan dengan cepat.

Namun Alterman menilai desas-desus mengenai potensi perubahan postur pasukan Amerika di Irak akan menjadi kemenangan bagi Iran. Setiap tanda bahwa ini adalah awal dari akhir akan dirayakan secara luas di koridor Iran. (*)

Tags IrakamerikaBagikan

RELATED NEWS