AS - Saudi Bertarung Tetapkan Harga Minyak

Pratiwi - Rabu, 14 Juni 2023 16:46 WIB
 AS - Saudi Bertarung Tetapkan Harga Minyak
Migas

RIYADH (sijori.id) -Harga minyak mentah kemungkinan akan tetap di bawah tekanan sampai Fed menarik kembali kebijakan moneternya yang ketat, menurut Bank of America (BofA).

Dalam sebuah catatan minggu lalu, ahli strategi komoditas BofA, Sen Francisco Blanch menunjuk pada tren penurunan harga minyak dibandingkan musim panas lalu. Kala itu harga minya terpantau telah mencapai tiga digit.

Penurunan harga tersebut selama setahun terakhir sebagian besar disebabkan oleh kebijakan pengetatan moneter agresif The Fed. Sebagaimana diketahui, The Fed meningkatkan ekspektasi pertumbuhan ekonomi yang lebih lemah dan mengesampingkan dampak pengurangan produksi dari Arab Saudi dan pemasok utama lainnya.

"Pada intinya, pasar menyaksikan battle royale antara Arab Saudi dan Federal Reserve AS dengan Pangeran Abdulaziz bin Salman melawan Gubernur The Fed Jay Powell, " kata Blanch dalam catatan tersebut.

Terlalu Rendah Bagi Saudi

Sebagai catatan, harga minyak mentah Brent yang menjadi patokan internasional diperdagangkan sekitar US$74 per barel pada hari Selasa. Harga ini turun 11% tahun ini dan turun 25,5% dari tahun lalu.

Bagi Saudi, harga tersebut terlalu rendah. Mengutip Wall Street Journal Rabu, 14 Juni 2023, Negara itu tersebut diketahui yang menargetkan harga minyak di atas US$81 per barel untuk membayar proyek besar mereka.

Awal bulan ini, Arab Saudi mengumumkan pengurangan produksi 1 juta barel per hari mulai Juli. Ini melanjutkan pemotongan sebelumnya dari awal tahun ini.

Sayangnya, meski produksi dipotong, bukan Saudi yang akan menentukan harga. Blanch memperkirakan bahwa minyak akan naik menjadi US$80 per barel pada akhir tahun. Ia percaya bahwa The Fed kemungkinan mendekati akhir siklus kenaikan suku bunga karena inflasi terus mereda .

Di sisi lain, pasar menghargai peluang 93% bahwa para gubernur bank sentral menghentikan kenaikan suku bunga pada akhir pertemuan kebijakan. Hal ini tentunya bisa ditambah dengan rebound yang lebih kuat dalam ekonomi China.

Menurut Blanch, China adalah salah satu importir minyak mentah terbesar di dunia. Karenanya, pulihnya ekonomi China disebut bisa mendongkrak harga minyak sesuai target Saudi. (*)

Tags minyakBagikan

RELATED NEWS