Boikot Produk Israel Disebut Efektif

Pratiwi - Minggu, 18 Februari 2024 16:49 WIB
Boikot Israel

JAKARTA (sijori.id) - Direktur Lembaga Inisiatif Palestina, Tulay Gokcimen menyatakan, “Penindasan yang dilakukan Israel terhadap Palestina selama 75 tahun sebelum pembantaian di Gaza tidak sepenuhnya dijabarkan secara jelas, namun sekarang semua orang ingin banyak melakukan sesuatu yang mereka bisa.”

“Gaza telah menciptakan kesadaran terhadap pendudukan Israel pada masyarakat. Reaksi individu telah berkembang menjadi gerakan massal seiring berjalannya waktu,” lanjut dia, dikutip dari Anadolu Jumat 16 Februari 2024.

Gokcimen yakin gerakan tersebut bisa menjadi alat yang efektif untuk menekan Israel dan mengakhiri serangannya. Dia menyoroti peningkatan kesadaran masyarakat dan tindakan individu yang dipicu oleh kekerasan di Gaza.

Dia juga menambahkan, masyarakat di seluruh dunia menolak untuk membeli produk-produk Israel, didorong oleh keinginan mereka untuk memberikan dukungan kepada Palestina. Dia menyatakan, momentum individual ini telah berkembang menjadi gerakan global yang melibatkan beragam komunitas dan agama.

“Mereka menjadikan seluruh dunia sebagai orang Palestina. Demonstrasi diadakan di depan toko makanan dan minuman yang mendukung Israel di berbagai negara setiap hari, meningkatkan kesadaran di kalangan masyarakat,” ungkapnya.

Perdagangan Internasional

Gokcimen menyoroti, Israel sangat bergantung pada perdagangan internasional untuk mendapatkan sumber daya dan senjata. Oleh karena itu, dengan melakukan boikot terhadap produk-produk Israel, masyarakat dapat mengganggu sistem keuangan ini dan memberikan tekanan pada Israel.

“Jika saya tidak membeli, jika Anda tidak membeli produk, maka sistem keuangan ini tidak akan berjalan,” imbuh dia.

Dia memberikan contoh kasus di mana perusahaan-perusahaan yang menyokong Israel mengalami kerugian sebagai dampak dari boikot tersebut.

“Semua bom dan senjata yang digunakan Israel sebenarnya diproduksi dengan uang yang berasal dari perdagangan di negara lain. Masyarakat tidak dapat menghentikan pembuat bom, namun mereka bisa tidak membeli produk Israel untuk menghindari kontribusi terhadap sistem keuangan ini,” jelas Gokcimen.

Dia menambahkan, gerakan boikot telah menghasilkan perubahan dalam preferensi konsumen, dengan produk-produk Turki menjadi alternatif yang populer dan menunjukkan dukungan ekonomi. Meskipun boikot individu memiliki peran penting, Gokcimen menekankan urgensi dari tindakan kolektif, mengutip contoh-contoh sejarah di mana boikot berhasil, dan mendorong semua orang untuk berpartisipasi.

“Mendukung pihak yang tertindas juga merupakan bagian dari boikot,” tambah dia.

Gokcimen berpendapat, melemahnya kekuatan ekonomi Israel memiliki peran kunci dalam mengakhiri pendudukan mereka. Dia mendesak para konsumen untuk memilih dengan bijaksana dan menghindari berkontribusi pada sistem keuangan yang memicu kekerasan, sebagai upaya untuk mendukung perubahan.

Selain dampak ekonomi, Gokcimen menekankan aspek tanggung jawab moral dari boikot, melihatnya sebagai tindakan perlawanan terhadap penindasan dan sebagai komitmen untuk mendukung rakyat Palestina yang tertindas.

“Orang yang berhati nurani tidak mempunyai kemewahan untuk mengatakan ‘Aku tak peduli, boikot tidak akan berhasil.’ Saat ini, Israel mengelola perekonomian yang besar hingga mampu membunuh anak-anak. Mereka membeli bom dari AS, Inggris, dan negara-negara lain,” tutur dia.

Gokcimen menyimpulkan dengan pesan yang tegas, mendorong masyarakat untuk bertindak dan menghindari sikap acuh tak acuh. Dia menyoroti dampak tragis dari konflik tersebut dan menekankan bahwa boikot terhadap produk-produk Israel bukan hanya tentang pilihan konsumen, melainkan sebuah keharusan moral.

“Ada ribuan bayi di Gaza yang diberikan akta kematian tanpa diberikan akta kelahiran. Mereka membunuh, membantai, dan menghancurkan anak-anak yang tidak tega dilihat oleh ayah dan ibu mereka.”

“Masalah ini sudah lama tidak lagi menjadi masalah agama, bahasa, atau ras. Seperti yang Anda lihat, dunia sedang berguncang. Baru kemarin, orang-orang Yahudi di AS melakukan aksi duduk di depan Gedung Putih.”

“Jika kami tidak makan atau minum produk Israel, kami tidak akan mati, namun jika kami terus memberikan dukungan finansial kepada mereka, Israel akan terus melakukan pembantaian di Gaza atau di tempat lain di Palestina. Kesalahan terbesar kami adalah membiasakan diri dengan pembantaian ini,” tukas Gokcimen. (*)

Editor: Pratiwi
Tags IsraelBagikan

RELATED NEWS