Daftar Pabrikan Mobil Listrik yang Menggunakan Baterai NMC Nikel dan LFP
JAKARTA (sijori.id) - Polemik penggunaan baterai para produsen kendaraan listrik juga saat ini menjadi sorotan. Terlebih baterai Lithium Ferro Phosphate (LFP) dibandingkan dengan berbasis Nickel Manganese Cobalt (NMC). Lalu mana saja pabrikan mobil listrik yang menggunakam baterai LFP DAN NMC?
Berdasarkan Data Investasi/Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) produsen baterai NMC saat ini berasal dari CATL, LG, Samsung SDI, SK Innovation, Envision, Northvolt, Farasis, Verkor dan PowerCo. Sementara, pabrikan mobil yang masih menggunakan baterai NMC itu di antaranya Tesla, Hyundai, VW, Ford, Volvo dan BMW.
Peta pasar itu relatif seimbang dengan produsen baterai dan pabrikan mobil baterai LFP. Produsen baterai LFP di antaranya BYD, CATL, Gotion, SK Innovation dan beberapa perusahaan di China. Sementara pabrikan mobil pengguna baterai LFP di antaranya BYD, Wuling, Chery, Tesla, dan Ford.
Menteri Investasi/Kepada BKPM Bahlil Lahadalia menyebut, pemerintah telah mengamankan investasi baterai kendaraan listrik di dalam negeri mencapai US$42 miliar atau sekitar Rp630 triliun dari program hilirisai nikel.
Sehingga penggunaan berbasis Nickel Manganese Cobalt (NMC) turut digenjot. Bahlil nampak vokal saat ada pernyataan Thomas T. Lembong terkait wacana pengembangan baterai kendaraan listrik yang kini beralih ke bahan besi atau Lithium Ferro Phosphate (LFP) dinilai tak masuk akal.
Wacana itu justru salah dan cenderung melemahkan upaya hilirisasi yang tengah digenjot pemerintah. Di mana hilirisasi bijih nikel domestik yang saat ini diarahkan untuk membangun industri baterai terintegrasi berbasis Nickel Manganese Cobalt (NMC).
Menteri Investasi dan Kepala BKPM ini bahkan pede bahwa mineral nikel Indonesia masih bisa menjadi primadona untuk bahan baku baterai mobil listrik.
Pasalnya Indonesia merupakan salah satu negara yang dianugerahi sumber daya energi dan tambang, salah satunya nikel. Jumlah cadangan nikel yang dimiliki oleh Indonesia merupakan yang paling besar jika dibanding dengan negara lain.
Sehingga pemerintah melakukan hilirisasi, untuk menaikkn nilai ekspor yang berasal dari nikel berkali lipat. (*)