Dari Pesawat Kertas ke Dunia Nyata: Desain Baru Aviasi Mulai Diuji

Pratiwi - Rabu, 17 Desember 2025 14:43 WIB
null

(sijori.id) - Masa depan dunia penerbangan bisa jadi tak jauh berbeda dari pesawat kertas berbentuk segitiga yang dulu kerap dilipat anak-anak. Setidaknya, itulah gambaran yang mulai dibicarakan Airbus.

Dalam wawancara dengan media Jerman Bild, CEO Airbus Guillaume Faury menyebut bahwa dalam 30 hingga 40 tahun ke depan, industri pesawat terbang berpeluang meninggalkan desain klasik berbentuk tabung dengan sayap di kiri-kanan. Sebagai gantinya, pabrikan pesawat mempertimbangkan rancangan satu sayap tebal, tempat kabin penumpang menyatu di dalam struktur sayap.

Desain tersebut dikenal sebagai blended-wing body (BWB). Pada konsep ini, daya angkat tidak hanya bertumpu pada sayap, tetapi tersebar di seluruh badan pesawat. Hasilnya, kapasitas angkut lebih besar dan efisiensi bahan bakar lebih tinggi dibanding pesawat konvensional. Menurut Faury, pesawat berbadan lebar paling cocok mengadopsi konsep tersebut.

Namun, keunggulan itu datang bersama konsekuensi. Salah satunya, kemungkinan hilangnya jendela. Penumpang tak lagi mendapat cahaya alami. Sebagian bisa merasa terisolasi atau bahkan klaustrofobik. Tantangan lain muncul saat evakuasi darurat, karena awak dan penumpang tidak bisa melihat kondisi luar pesawat. Selain itu, penumpang yang duduk di bagian tengah kabin akan berada lebih jauh dari pintu keluar dibandingkan pesawat saat ini.

Pernyataan Faury menegaskan keseriusan Airbus menggarap desain BWB. Meski konsep ini sudah lama dikenal, hingga kini belum ada pesawat penumpang BWB ukuran penuh yang disertifikasi dan terbang secara komersial.

Sejarahnya cukup panjang. Pesawat siluman Northrop B-2 Spirit yang pertama terbang pada 1989 sering disebut sebagai contoh paling terkenal dari “flying wing”. Minat terhadap BWB kembali menguat pada awal 1990-an ketika McDonnell Douglas mengembangkan konsep pesawat angkut BWB bersama NASA. Program itu berlanjut setelah McDonnell Douglas bergabung dengan Boeing pada 1997, hingga menghasilkan seri demonstrator X-48 sebelum dihentikan pada 2013.

Airbus sendiri mulai serius meneliti BWB sejak 2017. Sekitar 200 perancang dilibatkan dalam proyek ini, yang menjadi bagian penting dari inisiatif ZEROe—program pesawat tanpa emisi. Pada 2019, Airbus menerbangkan demonstrator skala kecil yang menunjukkan potensi penghematan bahan bakar hingga 20 persen, sekaligus membuka peluang tata kabin yang lebih luas. Dalam jangka panjang, pesawat ini dirancang menggunakan hidrogen sebagai sumber energi.

Meski demikian, target awal ZEROe yang dipatok 2035 kini bergeser hingga satu dekade. Airbus menyebut tantangan sertifikasi, keterbatasan infrastruktur hidrogen global, serta keraguan penerimaan penumpang sebagai faktor utama penundaan.

Perlombaan BWB bukan hanya milik Airbus. Sejumlah perusahaan rintisan berupaya memecah dominasi Airbus–Boeing yang telah lama menguasai pasar pesawat komersial.

Natilus, startup asal San Diego, tengah mengembangkan pesawat berbadan sempit bernama Horizon untuk menyaingi Airbus A320 dan Boeing 737. Natilus mengklaim Horizon mampu menekan konsumsi bahan bakar hingga 25 persen, sekaligus menyediakan ruang kabin 40 persen lebih luas tanpa perlu perubahan besar pada infrastruktur bandara. CEO Natilus Aleksey Matyushev bahkan memperkirakan industri akan kekurangan sekitar 40 ribu pesawat berbadan sempit dalam 20 tahun ke depan—jumlah yang sulit dipenuhi dua raksasa lama saja.

Sementara itu, JetZero yang berbasis di Long Beach mengembangkan pesawat berbadan lebar Z4. Pesawat ini dijanjikan mampu mengurangi konsumsi bahan bakar hingga 50 persen dan berpotensi menggantikan model seperti Boeing 767 atau Airbus A330. Maskapai United Airlines bahkan telah menyatakan minat membeli hingga 200 unit Z4. JetZero sukses menerbangkan prototipe skala kecil bernama Pathfinder pada 2024.

Dengan berbagai eksperimen ini, desain pesawat masa depan tampaknya akan semakin jauh dari bentuk konvensional. Apakah penumpang siap terbang tanpa jendela? Waktu yang akan menjawab. (*)

Editor: Pratiwi

RELATED NEWS