Di Amerika Serikat, hyundai dan KIA Menhadapi Class Action
NEW YORK (sijori.id) - Di Amerika Serikat, Hyundai Motor dan Kia, saat ini tengah menghadapi tuntutan hukum class action yang melibatkan 17 kota di Amerika Serikat terkait pencurian mobil pada kendaraan produksi mereka.
Kedua perusahaan otomotif ini telah meminta pengadilan AS untuk menolak tuntutan hukum tersebut. Mereka berargumen bahwa mereka seharusnya tidak bertanggung jawab atas serangkaian pencurian yang dipicu oleh fenomena kriminal di media sosial yang belum pernah terjadi sebelumnya.
Puncak dari permasalahan ini muncul pada musim panas tahun 2022 ketika kasus pencurian kendaraan Hyundai dan Kia melonjak drastis. Penyebabnya adalah video-vide di platform media sosial TikTok yang menampilkan cara mencuri mobil tanpa alat pencegah pencurian. Fenomena ini kemudian dikenal dengan sebutan "Kia Challenge," yang memicu serangkaian tindakan kriminal di seluruh Amerika Serikat.
Ke-17 kota yang terkena dampaknya termasuk New York, San Diego, Milwaukee, Cleveland, Columbia, dan Seattle. Serangkaian pencurian ini tidak hanya menyebabkan kerugian finansial bagi pemilik kendaraan, tetapi juga merusak reputasi Hyundai dan Kia sebagai produsen mobil terkemuka.
Dilansir dari Korea Times, Kamis, 14 September 2023, Dalam pembelaan mereka, Hyundai dan Kia menegaskan mereka tidak seharusnya bertanggung jawab atas tindakan kriminal yang dipicu oleh video di media sosial, karena tindakan tersebut di luar kendali mereka. Mereka juga menyoroti tanggung jawab pemerintah negara bagian dalam masalah ini.
Hyundai dan Kia berpendapat bahwa kurangnya anggaran untuk penegakan hukum serta kebijakan yang lemah untuk mencegah pencurian mobil dan perilaku berkendara yang sembrono merupakan faktor-faktor yang berkontribusi terhadap masalah ini.
Kasus ini mencerminkan tantangan yang dihadapi oleh perusahaan otomotif dalam menghadapi perkembangan teknologi dan media sosial yang dapat memicu tindakan kriminal. Di satu sisi, perusahaan otomotif berusaha untuk mempertahankan reputasi mereka dan melindungi kepentingan pelanggan mereka.
Di sisi lain, mereka harus menghadapi kenyataan bahwa fenomena seperti "Kia Challenge" dapat memiliki dampak yang signifikan pada industri otomotif dan masyarakat luas.
Perdebatan tentang batasan tanggung jawab perusahaan terkait dengan tindakan kriminal yang dipicu oleh media sosial juga menjadi sorotan dalam kasus ini. Pertanyaan mendasar yang muncul adalah sejauh mana perusahaan otomotif dapat dianggap bertanggung jawab atas tindakan kriminal yang tidak dapat mereka kendalikan.
Namun, penyelesaian kasus ini tidak hanya akan memengaruhi reputasi Hyundai dan Kia, tetapi juga akan membawa implikasi lebih luas dalam konteks tanggung jawab perusahaan dalam era digital. Keputusan pengadilan akan menjadi dasar yang dapat mempengaruhi sejumlah industri yang semakin tergantung pada interaksi dengan media sosial dan teknologi. (*)