Drama Job Hunting Alexander Valen: Dari Manajer Proyek ke “Black Hole” Lamaran Kerja
(sijori.id) - Ada kisah menarik yang dimuat oleh Business Insider pada 7 Agustus 2025, lalu. Kisah Alexander Valen.
Alexander Valen nggak pernah menyangka, setelah lebih dari 20 tahun malang melintang di dunia teknologi, ia akan terjebak dalam pencarian kerja super panjang. Sejak kena PHK dari Accenture di akhir 2023, pria 51 tahun asal Florida ini merasa seperti terlempar ke lubang hitam: kirim lamaran, tapi nggak ada kabar.
Dulu di Accenture, Valen memimpin hingga 150 orang — mulai dari developer, arsitek, sampai software tester. Bayarannya lumayan, sekitar USD 87 per jam. Tapi sekarang? Bahkan untuk sekadar dapat panggilan wawancara saja sudah susah.
Gaji Jadi “Tembok”
Buat posisi baru, Valen targetkan bayaran di kisaran USD 65–85 per jam. Tapi banyak perekrut yang langsung bilang: “Profil ini mahal banget.” Bahkan ada tawaran yang cuma USD 35 per jam — setengah dari gajinya dulu. Valen sih mau fleksibel, tapi batas minimalnya jelas: nggak mau di bawah USD 50 per jam.
Efek “Great Flattening”
Cerita Valen bukan kasus tunggal. Di AS, tren Great Flattening sedang bikin jumlah manajer dipangkas habis-habisan — dari raksasa seperti Microsoft, Google, sampai perusahaan menengah. Data Gusto bahkan nunjukin, PHK manajer usia 45–54 tahun naik 66% sejak 2022, dan yang usia 35–44 tahun melonjak lebih dari 400%!
Perusahaan bilang ini demi efisiensi. Tapi buat orang seperti Valen, artinya peluang makin tipis. Ditambah lagi, ekonomi lagi nggak stabil dan AI mulai “mengganggu” pasar kerja, proses rekrutmen pun jadi lambat banget.
Berburu Kerja, dari Kantor ke Dapur
Valen nggak cuma melamar posisi project manager. Ia juga banting setir coba posisi analis bisnis, sales, bahkan tim dapur di Chick-fil-A — sayangnya tetap nggak dapat panggilan. Ia juga belajar AI supaya bisa bersaing, meski belum yakin efeknya bakal besar.
Pesan Valen Buat Pejuang CV
Kalau diminta kasih tips, Valen cuma bilang: jangan menyerah, terus upgrade skill. Tapi ia juga jujur, kadang di pasar kerja “gila” seperti sekarang, semua tips terasa nggak mempan.
“Pasarnya gila. Saya nggak tahu harus ngapain lagi,” ujarnya. (*)
