Era Digital, Tidak Hapus Peran Guru
MALANG (sijori.id) — Peran guru tetap penting dan tidak tergantikan pada kegiatan pendidikan era society 5.0. Demikian salah satu simpul dari Seminar Nasional Pendidikan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Universitas Muhammadiyah Malang (UMM), Sabtu 14 Mei 2022, lalu
Guru Besar Ilmu Pendidikan Matematika UMM, Yus M Cholily, menegaskan menjalankan profesi sebagai pendidik harus paham akan cara mendidik sesuai dengan zaman. Hal ini amat diperlukan.
"Jika kita tak boleh merasa bahwa ilmu yang kita pelajari di sini itu seolah olah ilmu yang paten. Jika kita tidak mau meninggalkan pengetahuan itu dan tidak bisa mempelajari pengetahuan baru, maka tentu kita adalah bagian dari orang-orang yang buta huruf abad 21. Karena pada dasarnya, ilmu pengetahuan itu terus berkembang dan proses belajar itu haruslah dilakukan sepanjang hayat," tambahnya.
Dia juga menekankan agar pendidik harus membekali diri dengan banyak hal. Salah satunya yakni keterampilan mengajar berbasis problem based learning atau project based learning. Apalagi melihat semakin kompleksnya tantangan-tantangan yang harus dihadapi oleh dunia pendidikan di abad ini.
Pada bagian lain, dosen Prodi PGSD UMM, Endang Poerwanti, menyampaikan teknologi akan mendatangkan beribu kemudahan. Namun tanpa disadari, manusia akan kehilangan kemampuan dan harkat kemanusiaannya.
Dalam dunia Pendidikan, teknologi memiliki peranan yang sangat signifikan, bahkan dikhawatirkan mampu menggantikan profesi guru. Namun menurutnya, hal tersebut tidak akan terjadi.
"Mungkin teaching dan coaching bisa saja digantikan oleh teknologi. Namun ketika sudah masuk dalam aspek touching, sentuhan-sentuhan emosional, menumbuhkan sifat-sifat humanistik, itu yang menjadi tantangan dan tanggung jawab kita bersama sebagai guru. Jadi sebenarnya peran guru selamanya tidak akan tergantikan. Jangan khawatir," ucapnya.
Selain itu, Endang juga menjelaskan bahwa tantangan pada era pendidikan saat ini semakin berat. Kualitas dan kuantitas permasalahan juga semakin meningkat.
"Kemudian juga tentang kemampuan untuk menyelesaikan masalah dan kemampuan tentang humanity. Menurut hemat saya, orang-orang yang humanis itu di manapun akan bisa mengalahkan teknologi," ucapnya. (*)