IBM akan Gunakan Teknologi Kecerdasan Kuatan (AI), Gantikan Pekerja
IBM. Dok: IBM/ Instagram.
undefined
WASHINGTON (sijori.id) - "Mempekerjakan fungsi back office akan ditangguhkan," kata Chief Executive Officer International Business Machines Corp Arvind Krishna dikutip TrenAsia.com, jejaring media sijori.id dari Bloomberg, Kamis, 4 Mei 2023.
Yah, demikianlah pembaca. Perusahaan teknologi asal AS International Business Machines (IBM) dikabarkan akan berhenti merekrut pegawai untuk ditempatkan pada bagian back office. Ke depannya, IBM berencana menggantikan peran pekerja back office dengan teknologi kecerdasan buatan (AI).
Khrisna mengatakan, setidaknya ada kisaran 30% pekerjaan back office yakni pekerjaan yang tak berkaitan langsung dengan pelanggan, akan digantikan oleh AI dan proses otomatisasi.
Saat ini, IBM mencatat ada sekitar 26.000 posisi back office di IBM. Artinya, kisaran 7.800 posisi akan dihapuskan.
“Saya dapat dengan mudah melihat 30 persen dari itu digantikan oleh AI dan otomatisasi selama periode lima tahun," paparnya sebagaimana dikutip TrenAsia.com dari Insider.
Menurut Khrisna, beberapa pekerjaan back office yang akan digantikan antara lain adalah tugas memberikan surat verifikasi pekerjaan atau tugas mengurus pemindahan karyawan antar departemen.
Ia mengatakan pekerjaan semacam ini bisa dilakukan secara otomatis. Pekerjaan lain yakni seperti pekerjaan mengevaluasi komposisi dan produktivitas tenaga kerja juga akan digantikan.
Meski begitu, IBM saat ini juga tengah merekrut orang-orang yang memang bisa mengembangkan perangkat lunak dan berbagai peran yang terkait dengan pelanggan.
Perlu dicatat, awal tahun ini IBM melakukan PHK terhadap 5.000 orang pegawai, namun di sisi lain IBM menyebut mereka juga menambah tenaga kerja dengan total 7.000 orang.
Sebelumnya, kekhawatiran bahwa AI bisa merusak pasar tenaga kerja telah beredar belakang waktu terakhir. Kepopuleran perangkat berteknologi AI seperti ChatGPT milik OpenAI dan Bard milik google menyababkan ahli khawatir bahwa sejumlah pekerjaan akan musnah.
"AI akan menghapus banyak pekerjaan saat ini, seperti yang terjadi dengan semua teknologi sebelumnya," kata Ekonom di Harvard Lawrence Katz sebagaimana dikutip dari Guardian.
Meski demikian, menurutnya yang menjadi pertanyaan kemudian adalah akankah AI bisa menciptakan pekerjaan baru yang sebelumnya tidak ada. Serta apakah AI mampu meningkatkan produktivitas, atau justru akan semakin memperburuk ketidaksetaraan.
Di waktu terpisah, pemimpin riset pasar tenaga kerja di McKinsey Global Institute Anu Madgavkar mengatakan, akan semakin banyak AI diterapkan di perusahaan. Menurutnya 50 - 60 persen perusahaan akan terus mengejar proyek terkait AI. (*)