India Dominasi Kelahiran Dunia, Eropa Terjebak Krisis Fertilitas

Pratiwi - Sabtu, 13 Desember 2025 21:01 WIB
null

(sijori.id) - Peta demografi dunia kian bergeser. Jumlah kelahiran di berbagai negara menunjukkan perbedaan yang makin tajam antara kawasan dengan populasi muda dan wilayah yang tengah menghadapi krisis fertilitas.

Pada 2025, India diproyeksikan mencatat sekitar 23,1 juta kelahiran. Angka ini lebih dari dua kali lipat jumlah kelahiran di China. Sebaliknya, seluruh kawasan Eropa diperkirakan hanya membukukan sekitar 6,3 juta kelahiran, mencerminkan persoalan serius rendahnya angka kelahiran di benua tersebut.

Data ini merujuk pada proyeksi World Population Prospects 2024 yang dirilis Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) dan diolah oleh Our World in Data, yang memetakan jumlah bayi lahir per negara.

India menempati posisi teratas dengan estimasi 23.073.268 kelahiran pada 2025. Di bawahnya, China berada di peringkat kedua dengan sekitar 8,7 juta kelahiran. Nigeria menyusul di posisi ketiga dengan 7,6 juta kelahiran, diikuti Pakistan yang diperkirakan mencatat 6,9 juta kelahiran.

Republik Demokratik Kongo dan Indonesia berada di posisi berikutnya dengan masing-masing sekitar 4,5 juta dan 4,4 juta kelahiran. Sementara itu, Ethiopia, Amerika Serikat, Bangladesh, dan Brasil melengkapi daftar 10 besar negara dengan jumlah kelahiran tertinggi tahun ini.

Meski secara global tingkat fertilitas terus menurun—dari rata-rata sekitar lima anak per perempuan pada 1970 menjadi sekitar dua anak pada 2025—India tetap menyumbang sekitar 17 persen dari total kelahiran dunia. Namun, di dalam negeri, kondisi India tidak seragam. Dari sekitar 31 negara bagian, sebagian besar justru telah mencatat tingkat fertilitas di bawah angka penggantian penduduk, sehingga mendorong munculnya kebijakan pro-kelahiran.

China, yang berada di peringkat kedua, kini menghadapi tantangan demografi yang lebih berat. Tingkat fertilitasnya rata-rata hanya satu anak per perempuan, turun drastis dari lebih dari enam anak pada 1970. Penurunan ini menjadikan China sebagai salah satu negara dengan tingkat kelahiran terendah di dunia.

Sementara itu, Nigeria menunjukkan tren sebaliknya. Jumlah kelahiran di negara Afrika tersebut diperkirakan terus meningkat hingga mencapai sekitar 8,1 juta pada 2050. Dalam periode yang sama, Nigeria diproyeksikan melampaui Amerika Serikat dan menjadi negara dengan jumlah penduduk terbesar ketiga di dunia.

Perbedaan tren ini menegaskan bahwa masa depan demografi global akan semakin ditentukan oleh negara-negara dengan populasi muda, terutama di Asia Selatan dan Afrika, sementara banyak negara maju bergulat dengan penuaan penduduk dan minimnya kelahiran. (*)

Editor: Pratiwi

RELATED NEWS