Industri Pengolahan Dorong Pertumbuhan Ekspor Kepri

Pratiwi - Sabtu, 26 Juni 2021 08:25 WIB
null undefined

BATAM (sijori.id) - Kepala Bank Indonesia (BI) Perwakilan Kepri, Musni Hardi menuturkan, kinerja industri pengolahan yang stabil, mampu mendorong pertumbuhan ekspor Kepri.

"Industri barang komputer dan barang elektronik merupakan pendorong kinerja industri pengolahan, karena permintaannya yang meningkat saat pandemi," terang Musni, Jumat (25/6/2021).

Adapun industri barang dari logam, komputer, barang elektronik, dan optik tumbuh hingga 23,53 persen pada triwulan pertama 2021.

"Tren ini melanjutkan pertumbuhan positif sejak triwulan III 2020, dimana jenis industri ini tumbuh 10,33 persen," jelasnya.

Selain itu, industri kimia, farmasi dan obat tradisional juga menunjukkan kinerja yang menggembirakan, saat pandemi Covid-19 masih menghantam perekonomian Batam.

"Pertumbuhan positif mulai sejak triwulan IV 2020 yang tumbuh 20,15 persen, kemudian berlanjut di triwulan I 2021 dengan pertumbuhan 27,80 persen," jelasnya.

Secara keseluruhan, absolute ekspor Kepri hingga Mei 2021 mencapai USD 6,33 miliar, dimana kontribusi terbesar apda ekspor non migas, sebesar USD 5,12 miliar.

"Mesin dan produk elektronik menyumbang 33 persen dari complete ekspor non migas Kepri. Kemudian bahan bakar mineral sebesar 18 persen," jelasnya.

Pemulihan ekonomi globnal memang berdampak pada perekonomian Kepri. Information terbaru dari IMF World Economic Outlook per April 2021 menunjukkan pertumbuhan ekonomi worldwide tumbuh 5,7 persen.

Sehingga ekspor Kepri joke bisa lancar, dengan tujuan utama Singapura sebanyak 29,81 persen, Tiongkok sebanyak 26,35 persen, Amerika Serikat sebanyak 17,27 persen, Jerman sebanyak 2,53 persen dan Jepang sebanyak 2,49 persen.

"Singapura mengimpor elektronik, mesin,produk besi dan baja dari Kepri. Sementara Tiongkok mengimpor produk olahan CPO, bahan kimia dan elektronik," jelasnya.

Kenaikan ekspor diikuti juga oleh kenaikan impor yang tinggi, karena besarnya import content, sehingga mengurangi dampak neto terhadap pertumbuhan ekonomi.

"Ekpsor memang meningkat sebesar 0,67 persen (yoy), namun pada saat bersamaan impor juga meningkat sebesar 1,79 persen (yoy), terutama komponen elektronik dan mesin yang memiliki import content tinggi," jelasnya.

Menurut Musni, pengembangan industri di Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) yang memiliki kandungan impor tinggi menyebabkan neto nilai tambah ekspor-impor terhadap pertumbuhan ekonomi menjadi kurang signifikan.

Terpisah, General Manager PT Rubicon Indonesia, Ridarma Budi Siregar mengatakan kinerja industri manufaktur terbilang bagus di tengah pandemi.

"Orientasi perusahaan industri di Batam itu ekspor. Jadi tidak begitu berdampak akibat pandemi ini," ungkapnya.

Ia mengungkapkan bahwa selama pandemi, banyak kustomer Rubicon di luar negeri meminta garansi agar jangan sampai barang impornya terganggu.

"Kami buat peralatan keselamatan seperti respirator, dan mereka meminta agar jangan sampai terganggu impornya. Jadi saat ini, bisnis kita masih bagus," jelasnya.

"Mungkin saat Malaysia dan Singapura lockdown tahun lalu, pengaruh terhadap kita, karena impor bahan baku dari sana. Pengaruhnya sekitar 40 hingga 50 persen. Tapi sekarang sudah normal," ungkapnya. (*)

Tags industriBagikan

RELATED NEWS