Iran Pamer Rudal Balistik Hipersonik

Pratiwi - Rabu, 07 Juni 2023 23:19 WIB
null


TEHERAN (sijori.id) - Iran memamerkan rudal balistik hipersonik buatan dalam negeri pertamanya di Teheran. Keberadaan rudal tersebut kemungkinan akan meningkatkan kekhawatiran Barat tentang kemampuan rudal Teheran.

Mengutip pernyataan Media pemerintah Iran, IRNA, Rudal tersebut diberinama Fattah. Dalam sebuah gambar, IRNA menerbitkan gambar rudal tersebut dalam sebuah upacara yang dihadiri oleh Presiden Ebrahim Rahisi dan komandan Korps Pengawal Revolusi elit Iran.

Mengutip pernyataan kepala pasukan kedirgantaraan Garda, Amirali Hajizadeh, Rudal hipersonik Fattah diklaim memiliki jangkauan 1.400 km dengan kecepatan terbang 15.000km/jam. Selain itu, Fattah juga diklaim dan mampu menembus semua perisai pertahanan.

"Rudal hipersonik Fattah berpemandu presisi memiliki jangkauan 1.400 km dan mampu menembus semua perisai pertahanan,” kata Amirali sebagaimana dikutip TrenAsia.com dari Reuters, Rabu, 7 Juni 2023.

Perlu dicatat, Rudal hipersonik dapat terbang setidaknya lima kali lebih cepat dari kecepatan suara dan pada lintasan yang rumit. Hal ini membuat rudal hipersonik lebih sulit untuk dicegat.

Tahun lalu, Iran mengatakan telah membangun rudal balistik hipersonik yang dapat bermanuver masuk dan keluar dari atmosfer.

Bisa Lawan Sistem Anti-Rudal

Terkait rudal hipersonok baru buatannya, Iran mengklaim bahwa Fattah dapat menargetkan sistem anti-rudal canggih musuh. Iran juga mengklaim teknologi yang ada pada Fattah sebagai lompatan generasi besar di bidang rudal.

“Itu dapat melewati sistem rudal anti-balistik paling canggih dari Amerika Serikat dan rezim Zionis, termasuk Iron Dome milik Israel,” kata TV pemerintah Iran.

Terlepas dari penentangan AS dan Eropa, Iran mengatakan akan terus mengembangkan program misil pertahanannya. Namun, analis militer Barat mengatakan Iran terkadang melebih-lebihkan kemampuan misilnya.

Kekhawatiran tentang rudal balistik Iran berkontribusi pada keputusan Presiden AS saat itu Donald Trump pada tahun 2018 untuk membatalkan pakta nuklir Teheran tahun 2015 dengan enam negara besar.

Kala itu, Trump menerapkan kembali sanksi AS terhadap Iran setelah keluar dari pakta nuklir. Hal ini membuat Teheran melanjutkan pekerjaan nuklir yang sebelumnya dilarang dan menghidupkan kembali ketakutan AS, Eropa, dan Israel bahwa Iran mungkin mencari bom atom.

Meski Barat dan sekutunya merasa khawatir, Iran secara konsisten membantah ambisi semacam itu.

Di sisi lain, pembicaraan tidak langsung antara Teheran dan pemerintahan Presiden AS Joe Biden untuk menyelamatkan kesepakatan nuklir terhenti sejak September lalu. (*)

RELATED NEWS