Jahe, Bukan Sekadar Bumbu Dapur

Pratiwi - Selasa, 30 September 2025 07:07 WIB
null

(sijori.id) - Jahe (Zingiber officinale) sudah lama dikenal sebagai bumbu dapur yang memberi rasa hangat, mulai dari teh penghangat hingga masakan tumis. Namun, penelitian modern menunjukkan rempah ini juga menyimpan manfaat kesehatan yang beragam, melampaui tradisi pengobatan kuno.

Sejumlah uji klinis membuktikan jahe efektif meredakan mual dan muntah. Layanan kesehatan Inggris (NHS) bahkan merekomendasikan jahe dalam bentuk teh atau makanan ringan untuk membantu mual saat kehamilan. Manfaat serupa juga terlihat pada pasien kemoterapi, meski bukti untuk mabuk perjalanan dan mual pascaoperasi masih bervariasi.

Kandungan senyawa aktif seperti gingerol dan shogaol memberi jahe sifat antiinflamasi dan antioksidan. Riset terbaru menemukan konsumsi jahe dapat membantu mengatur peradangan berlebih pada penyakit autoimun, sekaligus memberi efek antimikroba yang bermanfaat meredakan gejala flu dan sakit tenggorokan.

Manfaat lain yang mulai banyak diteliti adalah pereda nyeri. Jahe disebut dapat mengurangi kaku sendi pada penderita osteoartritis, mengurangi nyeri otot setelah olahraga, bahkan meredakan nyeri haid. Dalam beberapa studi, efektivitasnya disebut sebanding dengan obat pereda nyeri nonsteroid seperti ibuprofen.

Jahe juga dinilai baik untuk kesehatan jantung dan metabolisme. Sejumlah tinjauan ilmiah menunjukkan konsumsi jahe dapat menurunkan kolesterol jahat (LDL), memperbaiki kadar gula darah, serta membantu mengontrol tekanan darah. Mekanisme ini berkontribusi pada penurunan risiko penyakit jantung.

Meski manfaatnya banyak, konsumsi jahe tetap perlu bijak. Dosis tinggi—lebih dari empat gram per hari—dapat memicu efek samping ringan seperti mulas atau diare. Pasien dengan pengencer darah, tekanan darah rendah, atau diabetes juga disarankan berkonsultasi ke dokter sebelum mengonsumsi jahe dalam bentuk suplemen. (*)

Editor: Pratiwi

RELATED NEWS