Keluarga Kepala Biro Al Jazeera di Gaza Ikut Jadi Korban Serangan Israel

Pratiwi - Sabtu, 28 Oktober 2023 14:42 WIB
Tentara Israel Berjaga-Jaga dan Melihat Kebakaran yang Terjadi Saat Roket yang Diluncurkan dari Gaza (Reuters/Violeta Santos Moura)

PALESTINA (sijori.id) - Kepala Al Jazeera Biro Gaza Wael al-Dahdouh berduka atas kehilangan seluruh anggota keluarga intinya yang tewas dalam serangan udara Israel di Gaza pada Rabu, 25 Oktober 2023 malam.

Dalam serangan udara tersebut, istri, putra, putri, dan cucu Al-Dahdouh tewas, di tengah serentetan serangan Israel yang dilaporkan telah menyebabkan kematian ratusan orang. Menurut otoritas kesehatan Palestina, dua puluh satu orang lainnya meninggal dalam serangan udara yang serupa.

Anggota keluarga al-Dahdouh yang lainnya dikabarkan tertimbun di bawah puing-puing. Video yang disiarkan Al Jazeera memperlihatkan al-Dahdouh menangis saat melihat jenazah keluarganya di kamar mayat Rumah Sakit Martir Al-Aqsa di Deir al-Balah.

Wael al-Dahdouh dan keluarganya melarikan diri ke kamp Nuseirat di Gaza tengah setelah Israel memberikan ultimatum kepada penduduk di bagian utara wilayah tersebut untuk segera meninggalkan daerah tersebut.

Saat berbicara dengan Al Jazeera dalam perjalanan meninggalkan rumah sakit, al-Dahdouh menyatakan, “Apa yang terjadi sudah jelas. Ini adalah rangkaian serangan yang ditargetkan kepada anak-anak, perempuan, dan warga sipil.”

“Saya baru saja melaporkan dari Yarmouk tentang serangan serupa, dan serangan Israel telah menyasar berbagai daerah, termasuk Nuseirat,” sambungnya. “Kami ragu pendudukan Israel tidak akan membiarkan orang-orang ini pergi tanpa menghukum mereka. Sayangnya, itulah yang terjadi. Ini adalah wilayah yang seharusnya aman menurut tentara pendudukan.”

Selain mengungkapkan duka cita kepada Wael Al-Dahdouh, Al Jazeera mengutuk serangan udara Israel tersebut. “Jaringan ini dengan tegas mengecam penyerangan dan pembunuhan tanpa pandang bulu terhadap warga sipil yang tidak bersalah di Gaza, yang telah menyebabkan kehilangan keluarga Wael Al-Dahdouh dan banyak orang lainnya.”

Al Jazeera, media berbasis di Qatar, melaporkan keluarga tersebut tinggal sementara di sebuah rumah setelah mengungsi dari Kota Gaza. Itu sebagai respons terhadap peringatan Israel kepada penduduk untuk pindah ke selatan ketika pasukan Israel meningkatkan serangan yang ditujukan kepada Hamas. “Ini adalah zona aman yang dibicarakan oleh tentara pendudukan (Israel),” kata Al-Dahdouh di Al Jazeera.

Menurut laporan dari organisasi media ini, rumah mereka menjadi sasaran serangan udara di kamp Nuseirat di pusat Gaza, di mana mereka mencari perlindungan setelah mengungsi akibat serangan awal di lingkungan mereka.

“Al Jazeera sangat mengkhawatirkan keselamatan dan kesejahteraan rekan-rekan kami di Gaza, dan kami menuntut pertanggungjawaban dari pemerintah Israel atas keamanan mereka,” kata pihak berita tersebut, dilansir dari Reuters, pada Kamis, 26 Oktober 2023.

Reuters melaporkan, belum ada komentar langsung dari militer Israel terkait serangan tersebut. Warga Palestina yang mengungsi dari serangan Israel di Gaza mencari perlindungan di sekolah-sekolah UNRWA.

Serangan Israel di Gaza telah mengakibatkan lebih dari 6.500 kematian hingga Rabu, sejak Hamas melakukan serangan pada 7 Oktober yang menewaskan sekitar 1.400 orang di Israel. Hampir 600.000 orang terpaksa mengungsi dari rumah mereka akibat serangan dari Israel.

Jumlah korban di Gaza termasuk lebih dari 22 jurnalis, menurut serikat jurnalis Palestina. Hingga saat ini, Israel dan sekutunya telah menolak seruan untuk gencatan senjata, yang menurut Gedung Putih hanya akan menguntungkan Hamas.

Pekan lalu, Amerika Serikat menggunakan hak veto dalam sidang Dewan Keamanan PBB untuk menghentikan usulan resolusi yang menyerukan jeda kemanusiaan karena resolusi tersebut tidak secara tegas memberikan izin kepada Israel untuk melakukan pembelaan diri.

Pada Rabu, badan utama PBB yang beroperasi di Gaza memberikan peringatan bahwa usaha bantuan mungkin akan terpaksa dihentikan kecuali pasokan bahan bakar dapat mencapai wilayah yang terkepung.

Oxfam, sebuah organisasi dari Inggris, juga menuduh Israel menggunakan kelaparan sebagai alat perang terhadap penduduk sipil di Gaza, dengan mengklaim bahwa wilayah tersebut berada dalam situasi pengepungan dan hanya menerima 2% dari pasokan makanan yang biasanya diterimanya. (*)

Tags PalestinaBagikan

RELATED NEWS