Memahami Pola Parenting Demokratis

Pratiwi - Sabtu, 22 Juli 2023 10:03 WIB
null

JAKARTA (sijori.id) - Dikutip TrenAsia.com, jejaring media sijori.id dari laman resmi Psychology Today pada Sabtu, 22 Juli 2023, Pola parenting demokratis menekankan tidak adanya hierarki dalam unit keluarga. Dalam pola asuh ini, keluarga biasanya menekankan kesetaraan, negosiasi, dan komunikasi yang terbuka.

Hal ini memang baik dan patut diapresiasi, namun jika dilakukan secara berlebihan dapat menimbulkan beragam dampak negatif.

Salah satu kesulitan yang paling sering terlihat adalah ketika keseimbangan antara kebebasan dan tanggung jawab tidak dapat dijaga dengan baik oleh orang tua.

Pola Parenting Demokratis-Permisif

Dalam pola parenting demokratis-permisif, tindakan yang diambil oleh anak harus dimotivasi oleh keyakinan dan persetujuan. Bukan pemaksaan.

Persetujuan ini diperoleh melalui dialog terbuka berdasarkan argumen yang masuk akal. Adapun, aturan dalam keluarga dibuat melalui negosiasi yang baik untuk memastikan keadilan dan keseimbangan.

Pola demokratis-permisif bertujuan untuk mencapai keharmonisan dan meminimalkan konflik. Semua anggota keluarga juga memiliki hak yang sama dalam rumah tangga.
Permasalahan Pola Demokratis-Permisif pada Pasangan

Pola ini melahirkan interaksi yang fleksibel dalam hubungan pasangan. Namun, ketika konflik muncul, pola tersebut akan mengakibatkan penyerahan diri oleh salah satu pasangan. Terutama pasangan yang kurang suka berkomunikasi, berdebat, atau berkonfrontasi.

Mereka akan menyerahkan diri untuk menjaga “kedamaian keluarga”. Hal ini tentu akan menjadi komplikasi bagi pasangan ketika anak-anak telah hadir dalam keluarga.

Risiko Pola Parenting Permisif

Tanpa adaptasi yang tepat, pola ini secara tidak sengaja akan mengarahkan sikap permisif yang berlebihan. Di mana anak-anak akan mendapatkan kekuasaan dan pengaruh yang tidak proporsional atas pengambilan keputusan keluarga.

Melibatkan anak-anak pada tanggung jawab yang besar sebelum waktunya seperti pembelian rumah baru bahkan mobil baru dapat menciptakan kecemasan bagi anak yang sedang dalam tahapan bertumbuh.

Tidak Ada Konsekuensi

Pola keluarga demokratis-permisif biasanya tidak memiliki konsekuensi praktis ketika ada pelanggaran aturan. Aturan akan didiskusikan dengan lemah lembut sehingga akan mengaburkan batasan antara mana yang atuan dan mana yang nasihat.

Ketidakkonsistenan ini dapat menimbulkan kebingungan peran dan tanggung jawab. Anak-anak mungkin akan melalaikan tugas-tugas mereka. Dan kebiasaan ini sangat mungkin terbawa hingga mereka dewasa.

Apa yang Harus Dilakukan Orang Tua?

Padraic Gibson D.Psych, seorang Psikoterapis Klinis menyarankan Anda untuk mengatasi tantangan pola permisif-demokratis. Yaitu dengan mencapai keseimbangan antara kebebasan dan tanggung jawab.

Dengan menggabungkan nilai-nilai demokrasi dengan batasan yang tepat, konsekuensi yang konsisten, dan otonomi yang sesuai usia, orang tua dapat menciptakan lingkungan yang mendukung pertumbuhan dan perkembangan sehat pada anak. (*)

RELATED NEWS