Memahami tentang Bank Digital

JAKARTA (sijori.id) - Presiden Direktur PT Bank Seabank Indonesia Sasmaya Tuhuleley mengatakan banyak faktor mendorong maraknya bank digital atau digital bank only (neobank) di Indonesia.
- Pandemi COVID-19 yang melanda sejak 2020
- Jumlah penduduk Indonesia yang besar
- Negara kepulauan yang membuat sulitnya bank penetrasi lewat kantor cabang fisik.
- Misi pemerintah memajukan ekonomi digital itu sendiri.
Untuk itu bank digital hadir untuk mengisi ceruk pasar ini, yakni kelompok unserved dan under served , yakni mereka yang belum memiliki rekening tabungan di bank dan yang sudah memiliki rekening namun tidak memiliki akses terhadap produk bank selain tabungan.
“Itulah yang membedakan bank digital dengan bank tardisional. Pertama model dan proses bisnis di mana kami menghindari kantor fisik maupun interaksi fisik dengan petugas bank. Kedua infrastruktur yang juga berbeda,” kata Sasmaya dalam sebuah webinar baru-baru ini, dikutip Jumat, 27 Januari 2023.
Perbedaan infrastruktur pada bank digital nampak dari penggunaan teknologi yang sifatnya end to end mulai dari data center, core banking, aplikasi dan teknologi pendukung lainya yang serba digital. Bisa dibilang, teknologi menjadi enabler utama untuk membantu setiap proses bisnis, layanan maupun keamanan.
Misalnya untuk layanan deposito menggunakan aplikasi digital. Untuk mengelola keamanan menggunakan facial verification, token ataupun metode biometric lainnya. Untuk layanan pinjaman yang bersifat kolaboratif dengan ekosistem lain, menggunakan API. Untuk mengelola risiko dan underwriting menggunakan big data dan machine learning demi bisa mempelajari perilaku nasabah. (*)