Menadah Saham GOTO di Harga Bawah
JAKARTA (sijori.id) - Ada fenomena menarik dari pergerakan harga saham PT GoTo Gojek Tokopedia Tbk (GOTO) dalam sepekan terakhir (10-14 Oktober 2022). Investor asing terus mengakumulasi (net buy) saham perusahaan platform digital terbesar dan terintegrasi ini di harga rendah. Aksi beli ini bahkan terjadi ketika investor asing melepas banyak posisi di pasar (net sell) pada periode yang sama.
Mengutip data RTI, investor asing melakukan pembelian dengan catatan net buy sebesar Rp64,93 miliar terhadap saham GOTO pada sepanjang pekan lalu. Jumlah ini dua kali lipat lebih banyak dari foreign net buy pekan sebelumnya senilai Rp25,73 miliar.
Sebagai pembanding, pada penutupan perdagangan Jumat dua pekan lalu (7/10), harga saham GOTO masih berada di level Rp244. Sedangkan pada Jumat kemarin (14/10), harga saham GOTO turun ke level Rp202. Artinya, selama dua pekan terakhir, investor asing terus menadah saham GOTO di harga bawah dan melipatgandakan pembelian setiap kali mengalami koreksi.
Dari sisi volume transaksi, pada pekan lalu saham GOTO yang berpindah tangan mencapai 2.4 miliar lembar, turun 12,5% dari volume transaksi pekan sebelumnya di angka 2,7 miliar lembar.
Manuver investor asing yang aktif menadah saham GOTO di harga bawah ini juga terlihat sebagai anomali. Sebab, aksi beli bersih investor asing di saham ini terjadi ketika secara total investor asing mencatatkan aksi jual bersih (foreign net sell) sebesar Rp796 miliar di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada sepanjang pekan lalu.
Khusus terhadap saham GOTO, secara kumulatif, investor asing telah membukukan beli bersih sebesar Rp975,17 miliar sejak saham perusahaan ini tercatat di BEI sampai dengan 14 Oktober 2022.
Saham GOTO sendiri ditutup di level Rp202 pada Jumat (14/10) atau turun 4,72%. Harga tersebut semakin mendekati level harga terendahnya sejak IPO, yaitu pada level Rp181 yang terbentuk pada 17 Mei 2022, sebelum akhirnya mengalami pembalikan arah (rebound) secara signifikan. Saham GOTO menikmati rally kenaikan harga selama tiga pekan hingga menyentuh level tertinggi di Rp416 pada 15 Juni 2022.
Associate Director of Research and Investment Pilarmas Investindo Sekuritas, Maximilianus Nico Demus, menilai aksi beli bersih investor asing di saham GOTO karena melihat potensi baik dari sisi harga saham maupun dari prospek perusahaan. ”Pastinya mereka melihat ada peluang cuan, karena pola transaksinya berbeda dengan investor lokal. Investor asing selalu melihat valuasi di masa datang, kalau investor lokal kita peluang transaksi jangka pendek. Walaupun tidak menutup kemungkinan ada juga investor lokal yang cari jangka panjang,” ungkapnya kepada wartawan, Minggu, 16 Oktober 2022.
Ketika harga saham GOTO berada di rentang Rp200 sampai Rp300-an, menurut Nico, investor asing mulai menunggu momentum. ”Maka ketika harga GOTO terdiskon banyak, investor asing melakukan aksi akumulasi beli. Kita tidak bisa menutup mata, GOTO ekosistemnya besar dan punya inovasi layanan baru. Ini hal positif bagi GOTO untuk jaga eksistensinya, antara dia dengan user-nya, kami lihat peluang yang besar dan masa depan yang baik inilah yang dilihat oleh asing,” paparnya.
Pada situasi saat ini dimana terjadi inflasi dan suku bunga tinggi, lanjut Nico, sedikit banyak memang menggerus pasar saham termasuk emiten teknologi. Tapi GOTO relatif lebih tangguh karena bisnisnya bukan semata jualan teknologi, juga memenuhi kebutuhan hajat hidup orang banyak. Bagaimanapun, masyarakat masih membutuhkan ojek online, pesan makanan lewat aplikasi, berbelanja di e-commerce dan membayar menggunakan e-wallet.
Selain itu, investor asing tetap akan mencari saham-saham potensial yang bisa diakumulasi di tengah fenomena net sell yang sedang terjadi secara umum.
”Investor asing melihat peluang. Kan investor asing tidak mungkin masuk ke harga tinggi. Mereka akan masuk saat harga murah. Ini mirip BBCA (PT Bank Central Asia Tbk) saat harga BBCA di Rp7000-an banyak yang beli dan sekarang harga di Rp8000-an. Proses menunggu harga saham naik lagi ini tergantung lagi ke target investor,” Nico menjelaskan.
Selain faktor harga saham, bisnis GOTO yang secara fundamental dinilai terus menguat juga menjadi pertimbangan investor. Terutama bisnis yang bersifat masa depan dan mulai menjadi sentiment positif pada saat ini.
Salah satunya bisnis sepeda motor listrik melalui brand Electrum. GOTO ekosistemnya sangat besar dan punya jutaan mitra pengemudi. Ini merupakan captive market sekaligus keunggulan GOTO di bisnis kendaraan listrik (EV). “Untuk kendaraan listrik kita akan melihat ada peralihan teknologi konvensional ke energi listrik. GOTO juga mendapat dukungan pemerintah yang punya ambisi mempercepat migrasi ke kendaraan listrik. Bisnis EV GOTO yang inline dengan regulasi pemerintah, akan menjadi katalis positif,” ucap Nico.
Pada pekan ini, Nico melihat pergerakan pasar tidak akan terlepas dari salah satu peristiwa yang akan memengaruhi pasar yaitu rencana dirilisnya data inflasi Eropa, dan Jepang yang akan jadi perhatian investor. ”Setiap kenaikan inflasi akan jadi tekanan pelaku pasar dan investor. Tentu bursa saham kita akan kecipratan dampaknya. Bank Indonesia rumornya juga akan menaikan BI Rate, dari prediksi kami naik 25-50 basis poin, tentunya ini juga menekan harga saham,” terangnya.
Khusus untuk saham GOTO, pihaknya masih rekomendasikan buy on weakness (BUY) di kisaran Rp190 – Rp200. ”Harga saham GOTO bisa kembali ke Rp300 tapi takes time. Saham teknologi itu bergantung persepsi dan ekspektasi,” tutup Nico. (*)