Mengintip Industri Senjata Eropa Timur

Pratiwi - Minggu, 27 November 2022 22:53 WIB
null

WARSAWA (sijori.id) - Industri senjata Eropa Timur telah menghasilkan senjata, peluru artileri dan perlengkapan militer lainnya dengan kecepatan yang tidak pernah terlihat sejak Perang Dingin. Semua ini terjadi ketika pemerintah di kawasan itu memimpin upaya untuk membantu Ukraina dalam perangnya melawan Rusia.

Sekutu telah memasok Kyiv dengan senjata dan peralatan militer sejak Rusia menginvasi tetangganya pada 24 Februari. Dan upaya ini telah menghabiskan persediaan senjata mereka sendiri.

Menurut data Kiel Institute for the World Economy Amerika Serikat dan Inggris memberikan bantuan militer paling pertama ke Ukraina yakni antara 24 Januari dan 3 Oktober. Sementara Polandia di tempat ketiga dan Republik Ceko menjadi negara kesembilan.

Masih waspada terhadap Rusia yang menjadi penerus Soviet, beberapa negara bekas Pakta Warsawa melihat membantu Ukraina sebagai masalah keamanan regional.

Tetapi hampir selusin pejabat pemerintah dan perusahaan serta analis yang berbicara kepada Reuters mengatakan, konflik itu juga menghadirkan peluang baru bagi industri senjata di kawasan tersebut.

Sebastian Chwalek, CEO PGZ Polandia mengatakan, dengan mempertimbangkan realitas perang yang sedang berlangsung di Ukraina, dan sikap yang terlihat dari banyak negara yang bertujuan untuk meningkatkan pengeluaran di bidang anggaran pertahanan maka jelas ada peluang nyata untuk memasuki pasar baru. “Dan juga meningkatkan pendapatan ekspor di tahun-tahun mendatang,” katanya kepada Reuters 11 November 2022.

PGZ adalah perusahaan milik negara yang mengendalikan lebih dari 50 perusahaan produsen senjata dan amunisi. Mereka membangun dari pengangkut lapis baja hingga sistem udara tak berawak.

Sekarang mereka berencana untuk menginvestasikan hingga 8 miliar zlotys atau sekitar Rp28 triliun (kurs Rp3.400selama dekade berikutnya. Ini dua kali lipat lebih dari target sebelum perang.

Menurut Chwalek investasi akan digunakan termasuk untuk membangun fasilitas baru yang terletak lebih jauh dari perbatasan dengan sekutu Rusia Belarusia. Tentu saja ini untuk alasan keamanan.Pabrikan lain juga meningkatkan kapasitas produksi dan berlomba untuk merekrut pekerja.

Segera setelah serangan Rusia, beberapa militer dan pabrikan Eropa timur mulai mengosongkan gudang senjata dan amunisi era Soviet yang akrab dengan Ukraina. Sembari Kyiv menunggu peralatan standar NATO dari Barat.

Karena stok tersebut telah berkurang, pembuat senjata telah meningkatkan produksi peralatan yang lebih tua dan modern untuk menjaga pasokan tetap mengalir. Aliran senjata telah membantu Ukraina mendorong kembali pasukan Rusia dan merebut kembali sejumlah wilayah.

Chwalek mengatakan PGZ sekarang akan memproduksi 1.000 sistem pertahanan udara portabel Piorun pada tahun 2023. Tidak semuanya akan diberikan ke Ukraina. Jumlah ini meningkat dibandingkan dengan 600 pada tahun 2022 dan 300 hingga 350 pada tahun-tahun sebelumnya.

Perusahaan yang juga telah mengirimkan sistem artileri dan mortir, howitzer, rompi anti peluru, senjata kecil dan amunisi ke Ukraina, kemungkinan akan melampaui target pendapatan 2022 sebelum perang sebesar 6,74 miliar zlotys atau sekitar Rp23 triliun.
Sejarah industri

Industri senjata Eropa Timur dimulai pada abad ke-19, ketika Emil Skoda dari Ceko mulai memproduksi senjata untuk Kekaisaran Austro-Hungaria.

Di bawah komunisme, pabrik-pabrik besar di Cekoslowakia, produsen senjata terbesar kedua Pakta Warsawa, Polandia dan tempat lain di kawasan itu membuat orang tetap dipekerjakan, menghasilkan senjata untuk konflik Perang Dingin di seluruh dunia.

Duta Besar Ceko untuk NATO Jakub Landovsky mengatakan negaranya adalah salah satu kekuatan pengekspor senjata. Dan mereka memiliki personel, basis material dan jalur produksi yang dibutuhkan untuk meningkatkan kapasitas produksi.

“Ini adalah kesempatan besar bagi Ceko untuk meningkatkan apa yang dibutuhkan setelah memberikan Ukraina persediaan era Soviet. Ini juga dapat menunjukkan kepada negara lain bahwa Ceko dapat menjadi mitra yang dapat diandalkan dalam industri senjata,” katanya.

Siemon Wezeman, seorang peneliti di Stockholm International Peace Reaserch Institute mengatakan runtuhnya Uni Soviet pada tahun 1991 dan ekspansi NATO ke wilayah tersebut mendorong perusahaan untuk melakukan modernisasi. “Tetapi mereka masih dapat dengan cepat menghasilkan hal-hal seperti amunisi yang sesuai dengan sistem Soviet,” katanya.

Wakil Menteri Pertahanan Ceko Tomas Kopecny mengatakan Ukraina telah menerima hampir 50 miliar crown atau sekitar Rp33 triliun (kurs Rp669) senjata dan peralatan dari perusahaan Ceko. Sekitar 95% di antaranya adalah pengiriman komersial.

Dia menambahkan ekspor senjata Ceko tahun ini akan menjadi yang tertinggi sejak 1989. Banyak perusahaan di sektor tersebut yang menambah lapangan kerja dan kapasitas.

David Hac, kepala eksekutif Grup STV Ceko, menjelaskan rencana untuk menambah jalur produksi baru untuk amunisi kaliber kecil. Mereka juga mempertimbangkan untuk memperluas kemampuan kaliber besar. Di pasar tenaga kerja yang ketat, perusahaan berusaha untuk memburu pekerja dari industri mobil yang melambat.

Penjualan pertahanan membantu Czechoslovak Group meraih dua kali lipat pendapatan semester pertama dari tahun sebelumnya yakni menjadi 13,8 miliar crown. Grup ini membawahi sejumlah perusahaan termasuk Excalibur Army, Tatra Trucks dan Tatra Defence, hampir

Perusahaan itu meningkatkan produksi peluru kaliber 155 mm NATO dan kaliber Timur 152 mm serta memperbarui kendaraan tempur infanteri dan tank T-72 era Soviet.

Juru bicara Czechoslovak Group Andrej Cirtek mengatakan memasok Ukraina lebih dari sekadar bisnis yang bagus. Menurutnya setelah agresi Rusia dimulai, pengiriman untuk tentara Ukraina naik berlipat ganda.

Menurutnya mayoritas penduduk Ceko masih ingat masa pendudukan Rusia di negara mereka sebelum tahun 1990. Dan mereka tidak ingin pasukan Rusia lebih dekat ke perbatasan Ceko. (*)

Tags senjataBagikan

RELATED NEWS