Menjadi “Guru” Bagi Belasan Macaw
DEPOK (sijori.id) — Dengan dua ekor makaw berwarna cerah bertengger di tangannya, ekor panjang keduanya menyapu tubuhnya, Albi Albar Ramli melaju dengan sepeda motor menuju lapangan kosong dekat rumahnya, Sabtu pagi itu.
Di jok belakang, enam makaw lain menunggu dalam kotak kayu, siap mengikuti sesi latihan. Bersama para pecinta makaw dari sekitar Depok, ia menjadikan lahan kosong itu sebagai arena pertemuan sekaligus sekolah terbang bagi burung-burung eksotis.
Di lapangan, pria 33 tahun itu melatih burung-burungnya agar terbang dan kembali dalam hitungan tiga menit begitu mendengar peluitnya. Latihan ini menjadi bekal untuk kompetisi kepatuhan dan kekompakan yang rutin diikuti komunitas mereka.
Perjalanan Ramli dengan burung bermula pada 2018, saat ia memelihara parkit. Keinginannya beranjak lebih jauh ketika melihat video di media sosial tentang makaw yang bebas terbang, namun tetap kembali ke pelatihnya. Dorongan itu membuatnya meninggalkan pekerjaan sebagai montir sepeda motor dan beralih sepenuhnya ke dunia burung.
Kesempatan datang pada 2020, ketika seorang pemilik burung menitipkan seekor Blue and Gold Macaw bernama Zoro. Dialah makaw pertama yang ia latih, sekaligus pintu masuk ke dunia burung asal Amerika Selatan yang memesona itu.
Kini, di rumahnya di selatan Jakarta, Ramli merawat 18 makaw. Baginya, tempat itu ibarat sekolah: setiap burung memiliki nama dan kepribadian yang ia kenal satu per satu. Ada Lexus, Shamrock macaw dengan mahkota merah terang, dan Wel, Shamlet macaw dengan kepala jingga mencolok.
Selain memberi makan setiap hari dan membersihkan kandang dua kali seminggu, ia juga merapikan bulu-bulu mereka agar tetap rapi dan mengilap. Ikatan inilah yang membuat burung-burung selalu kembali, sejauh apa pun mereka terbang.
“Makhluk ini tidak berbeda jauh dengan manusia. Ada yang cepat mengerti perintah, ada juga yang butuh waktu lebih lama,” ujarnya.
Bersama dua rekannya, Ramli kerap mengikuti kompetisi di wilayah Jabodetabek. Ia tak pernah menetapkan bayaran untuk merawat atau melatih burung, hanya menerima sesuai kerelaan pemilik. Tujuannya bukan sekadar hadiah, melainkan memperlihatkan hasil perawatan dan latihan sehari-hari.
“Saya sangat mencintai burung. Rasanya ada kasih sayang khusus. Selain itu, ada kebanggaan bisa merawat burung mahal, yang mungkin tidak akan mampu saya beli sendiri,” katanya. (*)
