Menjelajahi Orchard Road, Singapura
SINGAPURA (sijori.id) - Sebuah kisah nyaris terlupa dari Orchard Road kembali mencuat. Oktober 1929, pesawat Avro Avian—pesawat pertama yang dibeli secara pribadi di Malaya—dipamerkan di showroom Malayan Motors, Orchard Road, Singapura. Pesawat itu dirakit di bengkel, lalu dipajang sebelum akhirnya diambil pemiliknya, H Stratton-Brown dari Kuala Lumpur.
Hampir seabad berselang, peristiwa serupa jelas mustahil terulang. Namun justru di situlah nilai sejarahnya. Kisah ini menjadi pembuka dari rangkaian cerita panjang yang kini dirawat dan dihidupkan kembali lewat Temasek Shophouse.
Bangunan di Orchard Road tersebut kini menjadi pusat dampak sosial (social impact hub). Lokasi bekas pameran pesawat telah bertransformasi menjadi Banyan Cove, ruang acara berplafon tinggi yang dipugar dengan cermat. Imajinasi mudah melayang, membayangkan kembali mobil-mobil klasik dan pesawat kecil yang pernah memenuhi ruang itu.
Empat bangunan Temasek Shophouse dibangun pada awal abad ke-20. Masing-masing punya cerita: pernah menjadi distributor film internasional, bar dan restoran, hingga menyimpan brankas rahasia di bawah tanah. Seluruhnya kini dilindungi sebagai bangunan cagar budaya, salah satu dari sedikit blok jalan Orchard Road yang masih utuh.
Versi terbaru Temasek Shophouse diresmikan September lalu, menempati nomor 16, 22, 28, dan 38 Orchard Road. Setelah renovasi besar sejak 2023, luasnya bertambah tiga kali lipat menjadi sekitar 68 ribu kaki persegi. Proyek ini digarap Surbana Jurong dengan pendampingan konservasi dari Studio Lapis.
Manajer umum Temasek Shophouse, Yvonne Tay, menyebut pandemi Covid-19 menjadi titik balik. Banyak komunitas akar rumput dan organisasi sosial tumbuh dengan misi jelas. “Sudah waktunya mereka diberi ruang dan dukungan,” ujarnya.
Renovasi berpegang pada tiga prinsip: menghormati warisan sejarah, merayakan komunitas, dan menanamkan keberlanjutan. Prinsip itu diterjemahkan lewat pendekatan konservasi “retensi maksimal, intervensi minimal”. Elemen lama dipertahankan, dipulihkan, lalu disesuaikan secara halus dengan fungsi baru.
Hasilnya, setiap bangunan tampil dengan karakter aslinya. Nomor 38 bergaya Modern Awal, ramping dan sederhana. Nomor 28 menampilkan Neo-Klasik dengan sentuhan Art Deco. Nomor 22, yang tertua, menonjol dengan fasad eklektik Indo-Saracenic. Sementara nomor 16, bekas showroom Malayan Motors, memamerkan kemewahan Art Deco rancangan Swan & Maclaren.
Di dalamnya, fungsi publik dan sosial saling mengisi. Ada ruang baca dan artefak Shophouse B.A.R., Living Room dengan Foreword Coffee, toko konsep Martket by ABRY, kafe Peranakan Bibik Violet, hingga ruang acara Tembusu Canopy yang dulunya lapangan bulu tangkis.
Renovasi juga menghadirkan kejutan. Tim menemukan brankas rahasia bekas pedagang emas, serta “ghost sign” berupa tulisan lama bar dan restoran yang tersembunyi di balik lapisan cat. Alih-alih ditutup, jejak-jejak itu dipertahankan sebagai pengingat sejarah.
Bagi para perancangnya, konservasi bukan sekadar memoles masa lalu. Ini tentang memberi napas baru agar bangunan mampu hidup untuk 100 tahun ke depan. Dari showroom pesawat dan mobil, kini Orchard Road bagian timur itu menjadi ruang bagi filantropi dan perubahan sosial.
Sejarah pun berputar. Jika dulu orang datang untuk melihat pesawat dan film, kini mereka diajak mengenal dampak sosial. Dan barangkali, itulah warisan baru yang kelak akan dikenang. (*)
