Negara Nordik Bentuk Aliansi Pertahanan Udara Bersama

Pratiwi - Senin, 27 Maret 2023 14:55 WIB
null

KOPENHAGEN (sijori.id) - Denmark, Finlandia, Norwegia, dan Swedia telah membentuk aliansi pertahanan udara bersama. Meski tidak disebutkan, jelas aliansi Nordik ini untuk melawan ancaman dari Rusia. Negara-negara ini mendeklarasikan apa yang mereka sebut sebagai Joint Declaration of Intent (JDI). Aliansi ini setidaknya akan bisa mengumpulkan sumber daya hingga lebih dari 300 jet tempur. Tujuan utamanya adalah untuk dapat beroperasi bersama sebagai satu kekuatan. Mereka akan mengembangkan konsep Nordik untuk operasi udara bersama berdasarkan metodologi NATO yang sudah dikenal.

Untuk mencapai tujuan tersebut, niat ini mengarahkan pengembangan Konsep Perang Nordik untuk Operasi Udara Gabungan. Konsep ini akan diwujudkan dengan empat jalur. Yang pertama integrase dalam komando dan kontrol, perencanaan dan pelaksanaan operasional. Kedua adalah pengerahan angkatan udara yang fleksibel dan tangguh. Ketiga pengawasan wilayah udara bersama. Dan keempat adalah pendidikan dan pelatihan bersama.Meskipun tidak ada dokumen yang menyebutkan Rusia, langkah itu jelas dipicu oleh invasi penuh Moskow ke Ukraina.

Komandan Angkatan Udara Denmark, Mayor Jenderal Jan Dam kepada Reuters mengatakan armada gabungan mereka dapat dibandingkan dengan negara Eropa yang besar.

Sedangkan Mayor Jenderal Rolf Folland, Kepala Staf Angkatan Udara Norwegia memandang, gagasan tersebut sebagai dasar untuk menciptakan pusat gabungan operasi udara Nordik. Pusat operasi bersama juga dapat menampung Amerika Serikat dan Kanada di bawah struktur komando tunggal.

“Dengan total hampir 250 pesawat tempur modern, ini akan menjadi kekuatan tempur besar yang harus dikoordinasikan,” katanya Minggu 26 Maret 2023.

Norwegia memiliki setidaknya 52 F-35 Lightning II Joint Strike Fighters. Angkatan Udara Norwegia mengatakan telah menghapus armada F-16 mereka.

Sedangkan Finlandia memiliki 62 jet tempur multiperan F/A-18C/D. Negara ini juga memesan 64 F-35. Finlandia secara jelas sudah menyatakan tidak akan mengiriman hornet tua mereka ke Ukraina.

Sementara Denmark telah memesan 58 F-16 dan 27 F-35. Ini akan menjadi kekuatan yang cukup signifikan. Swedia di sisi lainmemiliki sekitar 70 jet JAS-39C/D Gripen. Mereka akan dikonversi ke Gipen-E yang disempurnakan di tahun-tahun mendatang.

Seberapa cepat ini upaya ini bisa diluncurkan dan bagaimana cara kerjanya masih harus dilihat. Meski keempat negara telah setuju untuk bekerja dalam kerangka NATO, Finlandia dan Swedia belum secara resmi mendapatkan keanggotaan.

Tapi jelas ini semua menarik bagi Amerika dan NATO. Jenderal Angkatan Udara Amerika James Hecker kepala Angkatan Udara Amerika di Eropa mengatakan, perjanjian penting ini bisa menjadi keuntungan dalam hal pencegahan. Dan jika perlu melawan serangan Rusia.

Setiap kekuatan udara membawa sesuatu ke meja dan mereka juga memiliki banyak kesamaan di luar kedekatan geografis. Dengan menggabungkan kekuatan, tugas pertahanan udara, serta pengawasan udara secara umum ini dapat menjadi lebih efisien dan lebih kuat. Sementara rencana perang bisa jauh lebih fleksibel dan tidak dapat diprediksi.

Konsep semacam ini sebenarnya juga pernah digagas antara negara-negara Arab dan Israel. Tetapi sepertinya prospek perjanjian semacam itu akan sulit dilakukan. Terlebih dengan hubungan Arab Saudi dan Iran yang sudah membaik.

Terlepas dari itu, idenya sama. Di era ancaman udara berlapis-lapis entah itu dari pesawat sayap tetap, rudal jelajah, drone hingga senjata hipersonik, menggabungkan kekuatan untuk pertahanan udara jauh lebih masuk akal daripada melakukannya sendiri. (*)

Tags nordikBagikan

RELATED NEWS