Nestlé Bakal PHK 16 Ribu Karyawan Dunia, Fokus Efisiensi dan Otomatisasi
LONDON (sijori.id) — Raksasa makanan asal Swiss, Nestlé, berencana memangkas sekitar 16 ribu karyawan di seluruh dunia dalam dua tahun ke depan. Langkah besar ini dilakukan untuk menekan biaya operasional dan mempercepat proses otomatisasi di berbagai lini bisnis.
Dari total tersebut, sekitar 12 ribu posisi karyawan profesional (white-collar) akan terdampak. Nestlé menyebut, restrukturisasi ini bagian dari upaya meningkatkan “efisiensi operasional” lewat sistem digital dan layanan bersama (shared services). Sementara 4 ribu posisi lain akan dipangkas di sektor manufaktur dan rantai pasok, guna mendorong produktivitas. Total pengurangan tenaga kerja ini setara dengan hampir 6 persen dari total karyawan global Nestlé.
“Dunia berubah cepat, dan Nestlé harus beradaptasi lebih cepat,” kata CEO baru Nestlé, Philipp Navratil, dalam pernyataannya. “Kami harus membuat keputusan sulit, termasuk mengurangi jumlah karyawan.”
Langkah ini terjadi di tengah meningkatnya kekhawatiran global soal dampak kecerdasan buatan (AI) terhadap lapangan kerja. Sebelumnya, CEO perusahaan riset AI Anthropic sempat memperingatkan bahwa AI bisa memicu lonjakan pengangguran di berbagai industri.
Nestlé sendiri mengaku telah menggunakan AI dan otomatisasi dalam berbagai proses, mulai dari riset dan pengembangan (R&D) hingga analisis promosi dan tata letak produk di toko.
Pemangkasan besar-besaran ini diumumkan tak lama setelah pergantian mendadak pucuk pimpinan. CEO sebelumnya, Laurent Freixe, diberhentikan pada awal September karena melanggar kode etik perusahaan. Ia diketahui menjalin hubungan pribadi dengan bawahan langsungnya tanpa melapor ke pihak manajemen.
Meski diterpa isu internal, kinerja keuangan Nestlé masih tumbuh positif. Pada kuartal ketiga, perusahaan mencatat kenaikan penjualan organik sebesar 4,3 persen. Nestlé juga menegaskan komitmennya untuk tetap berinvestasi dalam jangka menengah meski menghadapi risiko ekonomi global dan ketidakpastian daya beli konsumen.
Pasar terbesar Nestlé tetap Amerika Utara, di mana konsumen masih khawatir dengan tekanan inflasi dan kenaikan tarif impor. Namun, belanja masyarakat di wilayah itu masih terbilang kuat.
Kabar restrukturisasi ini justru disambut positif investor. Saham Nestlé sempat melonjak 7,6 persen pada perdagangan Kamis pagi waktu setempat. (*)
