Paspor Negara Asia dan Eropa Masih Terkuat, Amerika Serikat Terus Melorot dalam Indeks Henley 2025

Pratiwi - Selasa, 21 Oktober 2025 01:59 WIB
null

LONDON (sijori.id) — Perusahaan konsultan kewarganegaraan dan mobilitas global, Henley & Partners, kembali merilis laporan terbaru Henley Passport Index edisi Oktober 2025. Peringkat ini menegaskan dominasi negara-negara Asia dan Eropa dalam hal kebebasan perjalanan internasional, sementara Amerika Serikat mencatat penurunan posisi yang semakin tajam.

Setiap enam bulan, Henley & Partners menganalisis tren global mengenai mobilitas, kebijakan visa, dan hubungan internasional. Indeks ini disusun berdasarkan data dari IATA Timatic, yang mencatat jumlah negara yang dapat dikunjungi pemegang paspor tanpa visa atau dengan visa saat kedatangan.

Laporan tersebut tidak hanya mencerminkan akses perjalanan, tetapi juga menjadi cermin hubungan diplomatik antarnegara. Dari hasil pemeringkatan terbaru, negara-negara Asia seperti Singapura, Korea Selatan, dan Jepang masih memimpin dengan akses bebas visa ke lebih dari 190 destinasi di seluruh dunia.

Sementara itu, beberapa negara Barat justru mengalami penurunan peringkat akibat perubahan kebijakan luar negeri dan pembatasan visa yang lebih ketat. Tren ini menunjukkan bahwa kekuatan paspor kini sangat bergantung pada kualitas hubungan bilateral antarnegara.

Enam dari sepuluh posisi teratas masih dipegang negara-negara Eropa, termasuk Jerman, Spanyol, dan Prancis. Adapun Amerika Serikat turun ke peringkat ke-12, sejajar dengan Malaysia, dengan akses bebas visa ke 180 negara. Sebagai perbandingan, Tiongkok berada di peringkat 64 dengan hanya 82 negara yang dapat dikunjungi tanpa visa.

Penurunan Amerika Serikat: Cerminan Politik yang Berubah

Penurunan posisi Amerika Serikat disebut para analis sebagai konsekuensi dari perubahan arah politik yang lebih tertutup. Menurut Annie Pforzheimer, peneliti senior di Center for Strategic and International Studies (CSIS), “kebijakan Amerika sudah mengarah ke dalam negeri bahkan sebelum masa jabatan kedua Donald Trump. Sikap isolasionis itu kini tercermin dalam melemahnya kekuatan paspor AS.”

Selama pemerintahan Trump, warga dari 12 negara dilarang sepenuhnya memperoleh visa ke AS, sementara 7 negara lainnya menghadapi pembatasan ketat. Sebanyak 36 negara tambahan, mayoritas dari Afrika, juga sempat diancam akan menerima perlakuan serupa.

Kebijakan baru turut memberatkan pelancong dari Afrika dan Timur Tengah, termasuk kewajiban menyetorkan uang jaminan (bond) sebesar 5.000–15.000 dolar AS yang akan dikembalikan setelah kepulangan. Selain itu, biaya Visa Integrity Fee sebesar 250 dolar AS akan diterapkan bagi pemohon visa nonimigran, sementara biaya Electronic System for Travel Authorization (ESTA) naik hampir dua kali lipat menjadi 40 dolar AS per 30 September 2025.

Rangkaian kebijakan tersebut dinilai mempersempit jangkauan diplomatik dan mengikis soft power Amerika Serikat di kancah global. Henley & Partners menyebut fenomena ini sebagai titik balik historis, di mana ekspansi mobilitas global justru berbanding terbalik dengan kecenderungan AS untuk menarik diri dari peran internasionalnya.

“Amerika Serikat tampak sedang kehilangan pengaruhnya dalam diplomasi paspor — sebuah simbol prestise yang dulu menjadi kekuatan globalnya,” tulis laporan tersebut (*)

RELATED NEWS