Pendanaan ke Sektor Fintech Asia Tenggara Alami Penurunan pada Tahun 2023
JAKARTA (sijori.id) - Terjadi penurunan signifikan pada aliran pendanaan untuk sektor fintech di kawasan Asia Tenggara pada tahun 2023. Menurut laporan FinTech in ASEAN 2023 yang diterbitkan oleh UOB bersama PwC dan Singapore FinTech Association (SFA), pendanaan fintech di Asia Tenggara pada 2023 per-30 September 2023 tercatat sebesar US$1,3 miliar (Rp20,28 triliun dalam asumsi kurs Rp15.600 per-dolar Amerika Serikat/AS).
Angka tersebut anjlok hingga 74% secara year-to-date (ytd) per-30 September 2023 dari Rp5,1 miliar (Rp79,56 triliun) yang tercatat pada akhir tahun 2022.
Dari total pendanaan yang diperoleh pada tahun ini, sebanyak 50% dialokasikan untuk start up awal dan 42% untuk start up tahap lanjut.
Menurut laporan tersebut, start up fintech tahap awal menarik lebih banyak pendanaan karena inovasi baru dan skala modal yang masih terbatas.
Pendanaan fintech di Indonesia juga mengalami penurunan, yang mana hingga akhir September 2023, tercatat aliran dana sebesar US$351 juta (Rp5,47 triliun), berkontribusi terhadap 27% dari total nilai pendanaan fintech US$1,3 miliar (Rp20,28 triliun) di Asia Tenggara.
Pada tahun sebelumnya, pendanaan ke sektor fintech di Indonesia mencapai sekitar US$1,48 miliar (Rp23,08 triliun) dengan kontribusi 29% terhadap total pendanaan di fintech Asia Tenggara. Dengan demikian, terjadi penurunan sebesar 76% pada aliran dana untuk sektor fintech di Indonesia sepanjang tahun 2023 berjalan hingga akhir September lalu.
Dari segi frekuensi transaksi, sekitar 16% atau 15 transaksi pendanaan fintech diarahkan ke Indonesia, mengalami penurunan yang cukup signifikan dari 22% atau 52 transaksi pada tahun 2022.
Laporan tersebut juga menemukan bahwa pinjaman alternatif menjadi segmen dengan pendanaan terbanyak untuk pertama kalinya, mencapai nilai US$408 juta (Rp6,34 triliun) atau sepertiga dari total pendanaan fintech di ASEAN-6.
Pada tahun 2022, sektor pembayaran masih mendominasi (39%), sedangkan pinjaman alternatif hanya mencapai 10%.
Indonesia menjadi penerima pendanaan terbanyak di sektor pinjaman alternatif dengan mencapai porsi sebesar 84%, diikuti oleh Filipina (59%) dan Vietnam (48%). (*)