Pendapatan Menurut tapi Berlaba, Investor Gelisah
(sijori.id) - Dua perusahaan minyak dan gas bumi internasional (international oil company IOC), ExxonMobil dan Chevron Corp membukukan perndapatan kuartal ketiga yang menurun secar substansial jika dibandingkan dengan periode yang sama di tahun sebelumnya.
Namun, meski pendapatan kedua perusahaan ini anjlok, Exxon dan Chevron melaporkan peningkatan laba di kuartal ketiga. Laba Exxon bahkan meningkat hampir dua kali lipat dibandingkan pesaing utamanya.
Hal ini tidak membuat investor merasa tenang. Baik Exxon maupun Chevron keduanya mengalami penurunan saham pada hari Jum’at setelah pengumuman pendapatan mereka. Investor lebih banyak menjual saham Chevron.
Dikutip TrenAsia.com, jejaring media sijori.id dari laman Investopedia pada Senin, 30 Oktober 2023, sebagai produsen minyak terbesar di Amerika Serikat, saham Exxon naik sebanyak 2,1% pada awal perdagangan Jum’at hingga akhirnya turun sebanyak 2,28% setelah perusahaan menngatakan laba bersih kuartal ketiga mereka sebesar US$9,1 miliar setara Rp144,79 triliun (kurs Rp15.910) atau US$2,27 setara Rp36 ribu per saham. Turun drastis hingga 54% year on year (yoy).
Sementara itu, saham Chevron anjlok lebih dari 6% pada hari Jumat setelah produsen nomor dua AS tersebut mengatakan laba bersihnya turun 42% dari periode yang sama tahun lalu menjadi US$6,5 miliar setara Rp103,42 triliun atau US$3,05 setara Rp48 ribu per saham berdasarkan penyesuaian. Hasil per saham meleset dari ekspektasi konsensus sebesar 28 sen.
Untuk diketahui, pendapatan ExxonMobil turun dibandingkan tahun lalu ketika harga minyak dan gas alam melonjak setelah invasi Rusia ke Ukraina. Tahun lalu menghasilkan kuartal paling menguntungkan yang pernah ada bagi Exxon.
Exxon mengatakan laba bersihnya meningkat 15% dari kuartal kedua tahun ini. Pada kuartal yang baru saja selesai, kilang-kilangnya memproduksi lebih banyak bahan bakar dibandingkan puncak musim berkendara di musim panas sebelumnya sejak Exxon dan Mobil bergabung pada tahun 1999. Lonjakan produksi bahan bakar bertepatan dengan peningkatan margin kilang.
Sementara itu, laba di segmen produksi hulu Exxon, yang mencakup dua pertiga bisnisnya, naik 34% dari kuartal sebelumnya. Peningkatan tersebut mencerminkan harga minyak global yang pada kuartal tersebut naik menjadi US$92 (Rp1,46 juta) per barel dari US$75 (Rp1,19 juta).
Tiga perempat produksi Exxon terjadi di luar AS, dan pendapatan dalam bisnis tersebut meningkat 25% dari kuartal kedua. Namun, laba produksi Exxon di AS melonjak 69%.
Sementara itu, Chevron melaporkan pendapatannya meningkat 8,5% dari kuartal kedua. Seperti halnya Exxon, margin yang lebih tinggi meningkatkan hasil operasi kilang perusahaan.
Namun pendapatan produksi perusahaan, yang menyumbang sebagian besar keuntungan keseluruhan, tidak sebanding dengan keuntungan yang diperoleh Exxon. Pendapatan di segmen produksi hulu Chevron hanya meningkat 17% dari kuartal kedua, meskipun harga minyak meningkat secara signifikan.
Secara khusus, laba di segmen produksi Chevron di luar AS, yang menyumbang sekitar dua pertiga dari total produksinya, hanya meningkat 12% dibandingkan kuartal kedua. Pendapatan produksi Exxon di AS meningkat 26%, namun secara signifikan tertinggal dari pertumbuhan segmen produksi Exxon di AS.
Selain itu, Chevron membukukan kerugian sebesar US$912 juta setara Rp14,51 triliun, lebih dari dua kali lipat kerugian pada kuartal kedua, dalam aktivitas yang berkaitan dengan pengelolaan kas, pembiayaan utang, asuransi , real estat, dan teknologi. “Dampak negatif mata uang menyebabkan kerugian yang lebih besar pada kuartal yang baru saja diselesaikan,” kata perusahaan itu. (*)