Pengamat: Rupiah Lampaui Rp16.000 per Dolar AS Dinilai Wajar
JAKARTA (sijori.id) - Nilai tukar rupiah melampaui Rp16.000 per dolar Amerika Serikat (AS) pada pembukaan market selepas Lebaran pada Selasa, 16 April 2024. Data Bloomberg menunjukkan penurunan sebesar 326,5 poin (2,06%), membawa rupiah ke level Rp 16.174,5 per dolar AS.
Direktur Laba Forexindo Berjangka, Ibrahim Assuaibi, mengatakan, pelemahan rupiah ini yang terjadi di pasar internasional dan cukup wajar. Inflasi di Amerika Serikat dan ketegangan geopolitik akibat konflik di Timur Tengah dan Rusia-Ukraina menjadi penyebab utama dari pelemahan ini.
“Ini mengacaukan perekonomian global sehingga banyak masyarakat yang beralih ke dolar, sehingga dolarnya mengalami penguatan cukup tajam dan orang beralih berinvestasi di dolar meninggalkan mata uang yang melawan dolar, salah satunya rupiah, jadi sangat wajar kalau rupiah (turun),” kata Ibrahim.
Ibrahim juga mengatakan, satu alasan dari melemahnya rupiah adalah karena Indonesia sedang mengalami libur panjang dalam rangka Idulfitri. Hal ini mengakibatkan tidak adanya perdagangan rupiah di dalam negeri, yang berarti tidak ada perlawanan terhadap dolar AS.
“Apalagi bersamaan dengan libur atau cuti bersama begitu lama hampir dua minggu, ini dimanfaatkan oleh para spekulan, Indonesia sedang cuti nih, libur tidak ada pasar sehingga di situlah tidak ada yang melawan dolar, sehingga dolar terus mengalami penguatan, membuat rupiah melemah secara pasar internasional,” imbuhnya.
Ibrahim memprediksi bahwa pelemahan rupiah ini akan bersifat sementara dan kemudian akan menguat kembali.
“Tetapi kita belum melihat nanti pembukaan pasar di hari Selasa, biasanya kalau seandainya rupiah melemah di pasar internasional pada saat pembukaan dia akan melemah dulu, kemudian akan menguat,” jelas Ibrahim.
“Bank Indonesia (BI), sebagai bank sentral Indonesia, tidak akan diam. Ibrahim menyatakan, biasanya ketika nilai tukar rupiah mendekati angka Rp16.000 per USD, BI akan melakukan intervensi, seperti melalui pasar obligasi dan valuta asing, sehingga pelemahan rupiah yang terlalu tajam,” pungkasnya.
“Akan turun lagi, itu bisa kelihatan nanti dari rilis cadangan devisa di bulan April kemungkinan besar itu akan menyusut karena sebagian dana cadangan devisa adalah digunakan untuk melakukan intervensi di pasar,” terang Ibrahim. (*)