Penjualan Perangkat Perang Meningkat Dikit...

Pratiwi - Rabu, 07 Desember 2022 15:59 WIB

Jet tempur buatan China/Asia Times

undefined

STOCKHOLM (sijori.id) - Penjualan senjata dan layanan militer oleh 100 perusahaan terbesar di industri pertahanan dunia mencapai US$592 miliar atau sekitar Rp9.314 triliun (kurs Rp15.300) pada tahun 2021. Angka ini meningkat 1,9 persen dibandingkan dengan tahun 2020.

Data terbaru yang dirilis Stockholm International Peace Research Institute (SIPRI) 4 Desember 2022 menyebutkan, peningkatan ini menandai tahun ketujuh berturut-turut peningkatan penjualan senjata global. Namun meski tingkat pertumbuhan pada 2020–2021 lebih tinggi daripada 2019–2020, itu masih di bawah rata-rata selama empat tahun menjelang pandemi Covid-19 di mana kenaikan mencapai 3,7 persen.

Banyak bagian dari industri senjata masih terpengaruh oleh gangguan terkait pandemi dalam rantai pasokan global pada tahun 2021.

Invasi Rusia ke Ukraina pada Februari 2022 telah menambah tantangan rantai pasokan bagi perusahaan senjata. Paling tidak karena Rusia adalah pemasok utama bahan mentah yang digunakan dalam produksi senjata.

SIPPRI menyebut situasi ini dapat menghambat upaya yang sedang berlangsung di Amerika dan Eropa untuk memperkuat angkatan bersenjata mereka dan untuk mengisi kembali gudang mereka setelah mengirimkan amunisi dan peralatan ke Ukraina.

Meski laporan menunjukkan bahwa perusahaan Rusia meningkatkan produksi karena perang, SIPPRI melihat Moskow kesulitan mengakses semikonduktor. Mereka juga terkena dampak sanksi terkait perang.

Almaz-Antey misalnya telah menyatakan belum dapat menerima pembayaran untuk beberapa pengiriman ekspor senjatanya.

Hingga 2021 perusahaan Amerika tetap mendominasi 100 Teratas. Namun penjualan menurun Penjualan senjata dari 40 perusahaan Amerika dalam daftar mencapai US$299 miliar pada tahun 2021.

Amerika Utara adalah satu-satunya wilayah yang mengalami penurunan penjualan senjata dibandingkan dengan tahun 2020. Penurunan sebesar 0,8 persen sebagian disebabkan oleh tingginya inflasi di Amerika selama 2021. Sejak 2018, lima perusahaan teratas dalam daftar 100 tertinggi semuanya berbasis di Amerika.

Sedangkan di Eropa terlihat penjualan sektor kedirgantaraan turun. Tetapi pembuatan kapal meningkat.

Pada tahun 2021 terdapat 27 perusahaan Top 100 yang berkantor pusat di Eropa. Penjualan senjata gabungan mereka meningkat 4,2 persen dibandingkan tahun 2020 yakni mencapai US$123 miliar.

Namun sebagian besar perusahaan Eropa yang berspesialisasi dalam kedirgantaraan militer melaporkan kerugian pada tahun 2021. Penyebabnya adalah gangguan rantai pasokan. Sebaliknya, pembuat kapal Eropa tampaknya tidak terlalu terpengaruh oleh dampak pandemi dan mampu meningkatkan penjualan mereka pada tahun 2021.

Dassault Aviation melawan tren di sektor kedirgantaraan militer. Penjualan senjata perusahaan mengalami peningkatan tajam sebesar 59 persen menjadi US$6,3 miliar pada tahun 2021. Ini didorong oleh pengiriman total 25 pesawat tempur Rafale selama tahun tersebut.

China melesat

DI Asia China memimpin pertumbuhan pesat dalam penjualan senjata. Penjualan senjata gabungan dari 21 perusahaan di Asia dan Oseania yang termasuk dalam Top 100 mencapai US$136 miliar pada tahun 2021. Ini 5,8 persen lebih tinggi dibandingkan tahun 2020. Delapan perusahaan senjata China yang ada dalam daftar memiliki total penjualan senjata sebesar US$109 miliar. Meningkat 6,3 persen.

SIPPRI melihat telah ada gelombang konsolidasi dalam industri senjata China sejak pertengahan 2010-an. Pada tahun 2021 CSSC China telah menjadi pembuat kapal militer terbesar di dunia, dengan penjualan senjata sebesar US$11,1 miliar.

Sedangkan penjualan senjata gabungan dari empat perusahaan Korea Selatan di daftar 100 perusahaan teratas tumbuh 3,6 persen dibandingkan tahun 2020. Penjualan mencapai US$7,2 miliar.

Hal ini sebagian besar disebabkan oleh kenaikan 7,6 persen penjualan senjata oleh Hanwha Aerospace menjadi US$2,6 miliar. Penjualan senjata Hanwha diharapkan tumbuh secara signifikan di tahun-tahun mendatang. Ini setelah menandatangani kesepakatan senjata besar dengan Polandia pada 2022, menyusul invasi Rusia ke Ukraina.

Perkembangan penting lainnya yang dicatat SIPPRI adalah enam perusahaan Rusia masuk dalam daftar Top 100 untuk tahun 2021. Penjualan senjata mereka mencapai US$17,8 miliar. Ini naik hanya 0,4 persen dibandingkan tahun 2020. SIPPRI melihat ada tanda-tanda bahwa stagnasi tersebar luas di industri senjata Rusia.

Sedangakn lima perusahaan yang berbasis di Timur Tengah yang masuk daftar 100 teratas menghasilkan US$15,0 miliar dalam penjualan senjata pada tahun 2021. Ini merupakan peningkatan 6,5 persen dibandingkan dengan tahun 2020. Laju pertumbuhan tercepat dari semua wilayah yang diwakili dalam Top 100.

Sementara penjualan senjata gabungan dari empat perusahaan Top 100 yang berbasis di Jepang adalah US$9,0 miliar. Turun 1,4 persen dibandingkan tahun 2020. Dan untuk tahun pertama sebuah perusahaan Taiwan muncul dalam daftar Top 100. NCSIST yang berspesialisasi dalam rudal dan elektronik militer berada di peringkat ke-60. Mereka mencatat penjualan senjata sebesar US$2,0 miliar pada tahun 2021. (*)

Tags perangkat perangBagikan

RELATED NEWS