Penting Normalisasi Hubungan China - AS

Pratiwi - Selasa, 09 Mei 2023 08:06 WIB
Penting Normalisasi Hubungan China - AS
Pertemuan Menteri Luar Negeri China Qin Gang (kanan) dengan Duta Besar AS Nicholas Burns. | @USAmbChina

BEIJING (sijori.id) - Menteri Luar Negeri China Qin Gang dan duta besar AS Nicholas Burns bertemu. Selepas itu Qin menekankan secara khusus bahwa Amerika Serikat harus memperbaiki penanganannya terhadap masalah Taiwan dan menghentikan campur tangan terhadap seruan prinsip satu China.

Menurutnya, normalisasi hubungan AS dengan China penting setelah banyak ketegangan terjadi di antara dua negara.

Sebagaimana diketahui, hubungan antara dua negara dengan ekonomi terbesar dunia ini merosot ke titik terendah pada bulan lalu. Ini terjadi ketika Ketua DPR Nancy Pelosi melakukan kunjungan resmi ke Taiwan yang diklaim China sebagai bagian dari negaranya. Karenanya, kunjungan tersebut membuat marah China.

Sebagai tanggapan atas kunjungan yang dilakukan, Beijing memutuskan saluran komunikasi formal dengan Amerika Serikat. Termasuk salah satunya komunikasi di antara militer mereka.

"Prioritas utama adalah untuk menstabilkan hubungan China-AS, menghindari spiral ke bawah dan mencegah kecelakaan antara China dan Amerika Serikat," kata Qin kepada Burns, sebagaimana dikutip TrenAsia.com dari Reuters Selasa, 9 Mei 2023.

Sebelum masalah Taiwan menyeruak, hubungan antara AS dengan China sempat mereda November lalu. Kala itu, para pemimpin AS dan China Joe Biden dan Xi Jinping bertemu pada KTT G20 di Indonesia dan menjanjikan akan melakukan dialog yang lebih sering.

Sayangnya, ketegangan kembali berkobar pada Februari ketika sebuah balon China muncul di wilayah udara AS. Sebagai tanggapan, Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken membatalkan kunjungan ke Beijing.

"Serangkaian kata-kata dan tindakan yang keliru oleh Amerika Serikat sejak saat itu telah merusak momentum positif yang diperoleh dengan susah payah dari hubungan China-AS," kata Qin.

“Agenda dialog dan kerja sama yang disepakati kedua belah pihak telah terganggu, dan hubungan kedua negara sekali lagi mengalami mendingin,” tambah Qin.

Tanggapan AS

Dalam sebuah postingan Twitter, Nicholas Burns menampilkan isi pembicaraannya dengan Qin. Dalam unggahannya, Ia menampilkan mengenai pentingnya stabilitas dua negara.

"Kami membahas tantangan dalam hubungan AS-Tiongkok dan perlunya menstabilkan hubungan dan memperluas komunikasi tingkat tinggi," kata Burns.

Pekan lalu, Blinken tampaknya menawarkan harapan untuk ketika AS melakukan kunjungan. Ia mengatakan melalui Washington Post bahwa penting untuk membangun kembali jalur komunikasi reguler di semua tingkatan.

Minggu lalu, delegasi iklim AS John Kerry mengatakan bahwa China telah mengundangnya untuk berkunjung dalam waktu dekat. Undangan tersebut dilakukan untuk mengadakan pembicaraan lanjutan tentang pencegahan krisis iklim global yang semakin meningkatkan harapan untuk mengatur ulang salah satu hubungan negara-ke-negara yang paling penting di dunia.

Meski China dan AS setuju untuk membahas sejumlah isi, pembahasan mengenai Taiwan tetap menjadi masalah paling sulit dalam hubungan China-AS.

Bulan lalu, China menggelar latihan perang di sekitar Taiwan setelah Presiden Taiwan Tsai Ing-wen bertemu dengan Ketua DPR AS Kevin McCarthy di Los Angeles.

Sejak 1979, hubungan AS-Taiwan telah diatur oleh Undang-Undang Hubungan Taiwan. Undang-undang ini memberikan dasar hukum untuk memberi Taiwan sarana untuk membela diri.

Meski begitu, undang-undang tersebut tak mengamanatkan bahwa Amerika Serikat wajib datang membantu Taiwan jika diserang.

Sebagai bagian dari anggaran 2023, Kongres AS telah mengesahkan bantuan senjata senilai hingga US$1 miliar (Rp14,7 Triliun, asumsi kurs Rp14.700 perdolar AS) untuk Taiwan menggunakan jenis otoritas yang mempercepat bantuan keamanan dan telah membantu pengiriman senjata ke Ukraina. (*)

Tags ChinaBagikan

RELATED NEWS