Pimpinan Wilayah Muhamamdiyah DIY Memantapkan Jihad Ekonomi
YOGYA (sijori.id) - Pimpinan Wilayah Muhamamdiyah DIY makin memantapkan jihad ekonomi dalam rangka menggapai kesejahteraan umat. Jihad ekonomi dimaknai bahwa kesungguhan dan profesionalisme dalam mengelola bisnis.
"Bisnis yang dibangun, apapun macam bisnis dan produknya harus memiliki manfaat untuk dakwah dan kemaslahatan umat pilar ekonomi di muhammadiyah menjadi kekuatan baru yang dipandang memberi banyak manfaat maka harus didukung oleh AUM dan masyarakat secara luas" Pesan Ketua Pimpinan Wilayah Muhammadiyah DIY H Gita Danupranata S.E, M. M saat memberi sambutan dalam pleno Majelis Ekonomi PWM DIY selasa (7/3/2023) di kantor Muhammadiyah Jl Gedong kuning 130 B Yogyakarta.
Menurutnya, penguatan bisnis yang sekaligus bermuatan dakwah di dalam prakteknya harus dimaksimalkan, sehingga keuntungannya bisa menjadi keuntungan dunia dan akhIrat
Ketua Majelis Ekonomi dan Kewirausahaan PWM DIY DR. H Riduwan, M.Ag bahwa dalam mengelola bisnis memang harus sungguh sungguh dan profesional. Meskipun dalam sektor ekonomi belum bisa menguasai pasar, tetapi gerak lincah dalam jihad ekonomi pasti punya dampak bagus utk kemaslahatan dan dakwah. Di contohkan oleh dosen FE UAD ini, PT. Buharum yang diamanahi mengelola bisnis di persyarikatan Muhammadiyah di DIY,
"Setelah direvitalisasi oleh MEK PWM DIY tahun 2014 dan diberi modal Rp 10 juta oleh PWM DIY. Pada tutup buku 2022, asetnya mencapai 6,3 Milyar dengan laba 1,2Milyar " kata pakar ekonomi Islam ini.
Riduan berharap semua AUM harus mendukung, kalau ingin sukses dan meraup untung. "Kalau berjalan sendiri sendiri ya akhirnya nggak akan sukses menyempurnakan jihad dalam bidang ekonomi, dimana letak Jama'ah ekonominya".
PT Buharum yg resmi dimiliki sahamnya oleh Muhammadiyah juga telah melahirkan anak usaha semisal di PT. MHU kolaborasi dengan PDM Gunungkidul mengelola hotel, gas dan pertashop dan PT. MMA kolaborasi dengan PDM Kulonprogo yang mengelola gas, hotel dan rumah sakit menjadi contoh bagaimana keseriusaan bisnis menjadi bentuk jihad ekonomi yg sesungguhnya.
"Ini semua membuktikan jika pilar ke 3 Muhammadiyah bisa diwujudkan dengan dedikasi dan kolaborasi"tambahnya.
Direktur PT Buharum H Taufiqurrahman S.E menyebutkan ditengah aset dan laba yg mencengankan itu ada juga lini bisnis yg dikelola utk kemaslahatan umat tidak berjalan sempurna. Contohnya ketika booming bisnis pertashop, maka Buharum mengajak beberapa pimpinan cabang muhammadiyah utk mendirikan bisnis perminyakan ini. "Alhamdulillah dari 6, hanya ada 1 yang sehat dan menghasilkan laba, artinya kita pun juga mengalami resiko bisnis yaitu rugi, hanya saja bagaimana kita harus mensikapi kerugian ini" harap nya.
Dia menjelaskan usaha atau bisnis tidak selamanya memberikan keuntungan, kadang perlu sabar dan analisa mendalam atas kurang suksesnya sebuah usaha. Yang jelas, tidak ada bisnis akan berkembang bagus dan menghasilkan yang dahsyat secara instan" kata pemilik beberapa swalayan di Yogyakarta ini. (*)