Populasi Singapura Sentuh Rekor 6,11 Juta Jiwa pada 2025
SINGAPURA (sijori.id) — Jumlah penduduk Singapura mencapai 6,11 juta jiwa per Juni 2025, angka tertinggi sepanjang sejarah. Kenaikan ini didorong terutama oleh bertambahnya populasi non-residen, menurut laporan Population in Brief yang dirilis Divisi Populasi dan Bakat Nasional (NPTD) bersama sejumlah lembaga, 29 September 2025.
Dibandingkan Juni 2024, angka tersebut naik 1,2 persen. Tahun lalu, jumlah penduduk Singapura untuk pertama kalinya menembus 6 juta jiwa.
Non-residen Penyumbang Terbesar
Populasi non-residen meningkat 2,7 persen menjadi 1,91 juta jiwa. Kenaikan terbesar berasal dari pemegang izin kerja, disusul pekerja rumah tangga migran. Laporan itu mencatat pertumbuhan tenaga kerja asing stabil dibandingkan tahun sebelumnya.
Sekitar dua pertiga populasi non-residen merupakan pekerja asing, sementara sisanya terdiri atas pekerja rumah tangga, tanggungan keluarga, dan pelajar. “Populasi non-residen bersifat beragam, dan ukurannya menyesuaikan kebutuhan ekonomi serta sosial,” tulis laporan tersebut.
Penduduk Residen dan Tren Kelahiran
Jumlah penduduk residen tercatat 4,2 juta, terdiri atas 3,66 juta warga negara dan 540 ribu penduduk tetap. Jumlah warga negara naik 0,7 persen dibandingkan 2024, sementara jumlah penduduk tetap relatif tidak berubah.
Dalam lima tahun terakhir, pertumbuhan penduduk rata-rata mencapai 1,5 persen per tahun, lebih tinggi dari periode sebelumnya yang hanya 0,5 persen. Peningkatan itu terutama dipicu kebutuhan tenaga kerja untuk proyek infrastruktur besar, seperti Terminal 5 Bandara Changi dan pembangunan perumahan baru.
Pada 2024, tercatat 29.237 kelahiran warga negara, naik 1,2 persen dibandingkan tahun sebelumnya. Namun, rata-rata kelahiran tahunan dalam periode 2020–2024 (30.400) lebih rendah dibandingkan lima tahun sebelumnya (32.900). Tingkat fertilitas total tetap 0,97, jauh di bawah tingkat penggantian.
Keluarga juga cenderung semakin kecil. Proporsi perempuan menikah tanpa anak atau hanya memiliki satu anak meningkat tajam, sementara yang memiliki tiga anak atau lebih menurun.
Jumlah pernikahan warga negara pada 2024 mencapai 22.955, turun 5,7 persen dibandingkan 2023. Meski begitu, angka tersebut masih lebih tinggi dibandingkan masa pra-pandemi. Usia median pernikahan pertama kini 30,8 tahun untuk laki-laki dan 29,1 tahun untuk perempuan.
Menua dengan Cepat
Singapura menghadapi populasi yang menua dengan cepat. Per Juni 2025, warga berusia 65 tahun ke atas mencapai 20,7 persen dari total warga negara, naik dari 13,1 persen satu dekade sebelumnya. Jumlah warga berusia 80 tahun ke atas melonjak 60 persen dalam sepuluh tahun terakhir, mencapai 145 ribu jiwa. Median usia populasi juga naik dari 43,4 tahun pada 2024 menjadi 43,7 tahun.
Sementara itu, proporsi warga usia produktif (20–64 tahun) terus menurun, dari 64,5 persen pada 2015 menjadi 59,8 persen pada 2025. Diperkirakan, pada 2030 hampir satu dari empat warga Singapura akan berusia 65 tahun atau lebih.
Peran Imigrasi
Untuk mengimbangi penuaan dan rendahnya angka kelahiran, imigrasi dianggap sebagai salah satu solusi. Sepanjang 2024, sebanyak 22.766 orang menerima kewarganegaraan Singapura dan 35.264 orang menjadi penduduk tetap.
Dalam 5 tahun terakhir, rata-rata tahunan mencapai 21.300 warga baru dan 33 ribu penduduk tetap, sedikit lebih tinggi dibandingkan periode sebelumnya.
“Kami berhati-hati dalam memberikan kewarganegaraan dan status penduduk tetap, dengan mempertimbangkan kontribusi, kemampuan berintegrasi, serta komitmen untuk menjadikan Singapura sebagai rumah,” demikian isi laporan sepereti dikutip oleh CNA. Sebagian besar warga baru disebut sudah memiliki ikatan keluarga atau pengalaman tinggal, belajar, maupun bekerja di negara tersebut. (*)
