Resesi Dunia masih Menghantui

Pratiwi - Selasa, 17 Januari 2023 14:33 WIB
.

NEW YORK (sijori.id) - Ekonom memperingatkan peluang terjadinya resesi dunia masih sangat tinggi pada tahun ini, yakni sekitar 61%. Pemicunya tak jauh dari aksi petinggi The Fed ditugasi dengan tanggung jawab menyeimbangkan kenaikan suku bunga terlalu banyak dengan tidak berbuat cukup untuk memperlambat pengeluaran dan investasi.

Secara historis, resesi dikenal sebagai periode waktu di mana ekonomi mengalami setidaknya dua kuartal berturut-turut pertumbuhan negatif.

Tapi, Biro Analisis ekonomi mengatakan itu belum tentu terjadi kali ini karena PDB meningkat pada tingkat tahunan sebesar 3,2% pada kuartal ketiga tahun 2022 . Perbedaan itu telah menimbulkan beberapa perdebatan, apakah saat ini dunia telah berada dalam resesi selama enam bulan terakhir atau baru akan memasukinya pada tahun 2023.

"Saya pikir ini adalah pertanyaan yang lebih tidak pasti dan lebih diperdebatkan daripada yang mungkin pernah ada dalam sejarah Amerika," Julia Pollak, kepala ekonom di ZipRecruiter sebagaimana dikutip TrenAsia.com, jejaring medai sijori.id dari Insider Selasa, 17 Januari 2023 .

Namun, para ekonom mengatakan The Fed tidak akan mampu menyeimbangkan kembali keuangan nasional secara memadai. Misalnya, ada yang mengatakan suku bunga yang lebih tinggi akan mendorong ekonomi AS ke dalam resesi tahun ini. Yang lain mengatakan tingkat pertumbuhan global yang melambat menunjukkan potensi penurunan.

"Sementara aktivitas jasa tetap kuat, sektor perumahan jatuh di bawah beban tingkat hipotek yang tinggi dan aktivitas manufaktur terhenti. Keduanya menandakan penurunan ekonomi yang lebih luas kemungkinan akan datang," kata Greg Daco, kepala ekonom di EY-Parthenon.

Sebagaimana diketahui sebelumnya, Sejak pertengahan tahun 2022, dunia usaha dan pekerja terus bersiap menghadapi penurunan ekonomi yang akan datang.

Perusahaan teknologi besar seperti Meta dan Amazon telah melakukan PHK massal untuk memangkas biaya dan bersiap menghadapi situasi keuangan yang sulit di tahun mendatang.

Pengusaha telah mulai melakukan audit keuangan dan membelanjakan pengeluaran pemasaran mereka, untuk memeriksa sejumlah kecil uang bocor dari bisnis mereka sekaligus memastikan mereka melakukan masalah dengan cara yang paling efisien.

Terlepas dari ketakutan ekonomi saat ini, pakar keuangan berpendapat bahwa sekarang adalah waktu yang tepat untuk memulai bisnis kecil.

"Sebelumnya, kewiraswastaan ​​turun selama resesi karena orang menjadi jauh lebih menghindari risiko," kata Luke Pardue, seorang ekonom di platform SDM Gusto.

"Tapi yang kami lihat sekarang adalah mereka menyadari bahwa pekerjaan itu sendiri berisiko, dan menjadi lebih mudah untuk memulai bisnis itu," tambahnya.

Itu sebabnya karyawan mengambil pekerjaan tambahan dalam bentuk kesibukan sampingan dan peluang penghasilan pasif. (*)

Tags resesiBagikan

RELATED NEWS