Tentang 24 Juli, Hari Kebaya Nasional

Pratiwi - Kamis, 10 Agustus 2023 20:35 WIB

Festival Kebaya dan Batik Nusantara

undefined

JAKARTA (sijori.id) - Keputusan Presiden Republik Indonesia (Keppres) Nomor 19 Tahun 2023 tentang Hari Kebaya Nasional. “Menetapkan tanggal 24 Juli sebagai Hari Kebaya Nasional,” bunyi Diktum Kesatu Keppres 19/2023 yang dapat diakses pada laman JDIH Sekretariat Kabinet tersebut dikutip dari Setkab.go.id, Kamis 10 Agustus 2023.

Kendati demikian, Hari Kebaya Nasional bukan merupakan tanggal merah atau hari libur. Hal ini juga tercantum dalam Diktum Kedua Keppres tersebut.

“Keputusan Presiden ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan,” bunyi Diktum Ketiga peraturan yang ditetapkan oleh Presiden Jokowi pada 4 Agustus 2023 tersebut.

Selain itu, dalam Keppres juga dituangkan sejumlah pertimbangan mengenai penetapan 24 Juli sebagai Hari Kebaya Nasional. Pertimbangan penetapan tersebut, antara lain sebagai berikut:

Pertama, kebaya merupakan identitas nasional perekat bangsa yang bersifat lintas etnis dan telah berkembang menjadi aset budaya yang sangat berharga sehingga perlu dijaga dan dilestarikan keberadaannya.

Kedua, kebaya berkembang menjadi busana yang digunakan secara nasional dalam berbagai kegiatan baik yang berskala nasional maupun internasional.

Ketiga, bahwa Kongres Wanita Indonesia X yang dihadiri oleh Presiden Soekarno dinyatakan bahwa revolusi Indonesia tidak dapat berjalan tanpa keterlibatan perempuan di mana seluruh perempuan yang hadir pada kongres tersebut memakai kain kebaya.

“Untuk meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap kebaya, maka pemerintah menetapkan tanggal 24 Juli sebagai Hari Kebaya Nasional,” bunyi pertimbangan berikutnya yang tercantum dalam Keppres 19/2023.

Perkembangan Kebaya di Indonesia

Kebaya adalah pakaian tradisional yang memiliki nilai historis dan budaya yang dalam di bumi Indonesia. Sejarah kebaya melibatkan perjalanan panjang dari masa lalu hingga menjadi simbol keanggunan dan identitas bangsa.

Pakaian kebaya kemungkinan dikenalkan pertama kali oleh pedagang dari Jazirah Arab sekitar abad 7 ke 16 yang berlayar ke Nusantara melalui Selat Malaka hingga kemudian mencapai pulau Jawa.

Sejauh ini tak ada catatan pasti dari mana asal pakaian Kebaya. Namun, menurut ulama Buya Hamka dan ahli sejarah Denys Lombard sepakat bahwa kata Kebaya diserap dari bahasa Arab “abaya”, “cabaya”, yang artinya pakaian.

Awalnya, kebaya merupakan pakaian untuk kaum bangsawan dan kerajaan, dengan bahan dan desain yang berbeda-beda sesuai status sosial. Tetapi pasca abad ke 17, pakaian sudah mulai banyak digunakan masyarakat kelas bawah khususnya di tanah Jawa.

Pada masa kolonial, kebaya mengalami transformasi karena proses akulturasi budaya salah satunya adalah Kebaya Encim yang kini sering digunakan banyak model di karpet merah. Jenis ini merupakan perpaduan budaya peranakan Tionghoa di Batavia, budaya Betawi dan Belanda.

Lambat laun, kebaya mulai diadopsi oleh masyarakat luas sebagai pakaian sehari-hari. Hal ini menunjukkan adaptasi budaya yang kuat dan bagaimana kebaya menjadi semakin terjalin dengan kehidupan sehari-hari masyarakat bumiputera.

Puncaknya, selama pergerakan nasional Indonesia, kebaya menjadi simbol perlawanan terhadap penjajahan dan identitas nasional. Perempuan Indonesia mengenakan kebaya sebagai tanda solidaritas dan semangat perjuangan. Setelah kemerdekaan pada tahun 1945, kebaya terus diakui sebagai simbol budaya yang kuat dan merupakan bagian penting dari warisan nasional.

Secara umum, kebaya memiliki berbagai variasi desain dan gaya sesuai dengan daerah dan suku bangsa di Indonesia. Setiap daerah memiliki keunikan motif, bahan, dan detail yang membedakan kebaya satu dengan lainnya. Ini mencerminkan keragaman budaya yang kaya di Indonesia.

Pada era modern, kebaya telah mengalami adaptasi desain dan gaya sesuai dengan tren fashion global. Kebaya tidak hanya dipakai dalam acara adat dan upacara, tetapi juga menjadi pilihan populer untuk acara-acara formal dan resmi.

Dengan demikian, sejarah kebaya adalah cerminan dari perjalanan budaya Indonesia, perubahan sosial, dan adaptasi dalam merespons pengaruh luar. Meskipun telah mengalami transformasi, kebaya tetap menjadi simbol keanggunan dan jati diri bangsa yang melekat erat dalam kehidupan masyarakat. (*)

Tags kebayaBagikan

RELATED NEWS