Utang Israel Melonjak Rp695,61 T

Pratiwi - Selasa, 16 April 2024 20:57 WIB
Sebuah unit artileri bergerak Israel menembak ke arah Gaza, di tengah konflik yang sedang berlangsung antara Israel dan kelompok Islam Palestina Hamas (Reuters/Amir Cohen)

(sijori.id) - Utang Israel mengalami peningkatan tajam akibat perang dengan Hamas, sebuah kelompok pejuang Kemerdekaan Palestina. Kenaikan biaya pertahanan dan lonjakan inflasi pada tahun 2023 membuat beban utang Israel melonjak.

Menurut laporan Kementerian Keuangan Israel, utang pemerintah mencapai 160 miliar shekel (US$ 43 miliar) atau sekitar Rp695,61 triliun (Kurs: Rp16.170 per dolar AS). Setengah dari jumlah utang tersebut, atau sebesar 81 miliar shekel terkumpul sejak pecahnya perang dengan Hamas pada Oktober 2023 lalu.

Menurut Akuntan Jenderal Kementerian Keuangan, Yali Rotenberg, tahun 2023 adalah tahun yang penuh tantangan yang memerlukan peningkatan pembiayaan serta penyesuaian taktis dan strategis dalam rencana peningkatan utang pemerintah.

“Meski terdapat banyak ketidakpastian dan tantangan, kemampuan untuk meningkatkan utang di pasar lokal dan global, bahkan di masa perang, dalam volume yang signifikan dan rasio cakupan yang sangat tinggi, menunjukkan tingginya asesibilitas Israel terhadap pasar dan merupakan bukti dari kekuatan ekonomi Israel,” kata Rotenberg dikutip dari Reuters, pada Selasa, 16 April 2024.

Hingga tahun 2023, total utang Israel telah mencapai 62,1% dari produk domestik bruto (PDB), meningkat dari 60,5% pada tahun 2022, terutama karena lonjakan pengeluaran perang yang diprediksi dapat mencapai 67% pada tahun 2024.

Salah satu cara pemerintah mendapatkan dana adalah melalui penerbitan obligasi atau surat utang. Pada bulan Maret 2024, Israel berhasil mencatatkan penjualan obligasi internasional sebesar US$8 miliar, sejak serangan Hamas pada 7 Oktober 2023.

Penjualan obligasi Israel laris manis di pasaran. Permintaan terhadap obligasi meningkat signifikan, meskipun lembaga pemeringkat kredit Moody's menurunkan peringkat kredit Israel untuk pertama kalinya pada Februari yang lalu.

Secara keseluruhan, pemerintah Israel berhasil mengumpulkan dana sekitar 116 miliar shekel, atau 72% dari dalam negeri. Sebanyak 25% berasal dari luar negeri, sementara sisanya merupakan utang dalam negeri yang tidak diperdagangkan.

Kementerian Keuangan Israel melaporkan, utang publik meningkat sebesar 8,7% menjadi 1,13 triliun shekel pada tahun 2023. Peningkatan utang tersebut sebagian besar disebabkan lonjakan inflasi dan suku bunga yang tinggi.

Meskipun demikian, rasio beban bunga terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) tetap tidak berubah dan masih sebesar 2,4% pada tahun 2023. Namun, lembaga pemeringkat Moody's menurunkan peringkat kredit Israel menjadi A2 karena adanya risiko politik dan fiskal yang signifikan akibat perang dengan Hamas.

Pada bulan lalu, anggota parlemen Israel memberikan persetujuan akhir terhadap amandemen anggaran negara tahun 2024 yang menambahkan puluhan miliar shekel untuk mendanai perang yang telah berlangsung lebih dari enam bulan sejak perang dengan Hamas.

Mengenai hal itu, pemerintah Israel mengalokasikan anggaran ekstra untuk biaya pertahanan, kompensansi bagi rumah tangga hingga bisnis yang dirugikan akibat konflik itu. Hal ini turut memengaruhi kondisi fiskal juga alokasi anggaran pemerintah. (*)

Tags IsraelBagikan

RELATED NEWS