X Dinilai Gagal Tangani Ujaran Kebencian
WASHINGTON (sijori.id) - Sebuah laporan dari Center for Countering Digital Hate (CCDH), sebuah organisasi nirlaba yang didedikasikan untuk melawan misinformasi dalam dunia digital dan ujaran kebencian, menunjukkan platform sosial media X, yang sebelumnya bernama Twitter, gagal dalam komitmennya untuk memerangi konten yang dimotivasi oleh kebencian, prasangka, atau intoleransi.
CCDH melaporkan 200 ujaran kebencian yang berasal dari 101 akun di platform X terkait dengan konflik Palestina. Dari insiden tersebut, 96 persen dari postingan yang diunggah tetap tidak ditangguhkan setelah satu minggu mempublikasikan ujaran kebencian.
Menurut CCDH, seluruh konten yang diposting muncul setelah serangan Hamas pada 7 Oktober terhadap penjajah Israel. Isi postingan tersebut termasuk ajakan kekerasan terhadap Muslim, warga Palestina, dan orang Yahudi. Selain itu, banyak postingan-promosi teori konspirasi antisemitisme serta penggambaran orang Palestina di Gaza.
Para peneliti dari CCDH mengidentifikasi akun-akun tersebut dengan melacak interaksi seperti akun berikut, tindakan suka, dan postingan dari akun-akun kebencian yang sudah diketahui. Mereka menekankan bahwa sampel ini tidak boleh dianggap sebagai representasi keseluruhan postingan yang terkait dengan konflik di Palestina tetapi sebagai tes terhadap sistem moderasi di platform X.
Postingan yang tetap tidak ditangguhkan telah mengumpulkan total 24.043.693 penayangan, dimana satu di antaranya ditangguhkan dan dua lainnya 'dikunci', artinya mereka tidak bisa memposting, melakukan repost, atau memberi like pada konten. Sebanyak 43 dari 101 akun yang diperiksa merupakan akun terverifikasi yang memperoleh manfaat dari peningkatan visibilitas postingan mereka.
“Setelah kekejaman teroris yang belum pernah terjadi sebelumnya terhadap orang-orang Yahudi di Israel, dan konflik bersenjata antara Israel dan Hamas, para pelaku kebencian telah mengambil kesempatan untuk membajak platform media sosial untuk menyiarkan kefanatikan mereka dan memobilisasi kekerasan di dunia nyata terhadap orang-orang Yahudi dan Muslim, bahkan semakin meningkat. semakin banyak penderitaan yang menimpa dunia,” kata Imran Ahmed, CEO CCDH seperti dilansir Euronews.
Imran menyebutkan X selalu berusaha meyakinkan pengiklan dan masyarakat bahwa platform milik Elon Musk tersebut mampu menangani ujaran kebencian.
“Namun penelitian kami menunjukkan bahwa ini hanyalah kata-kata kosong,” tambah Imran.
Studi terbaru ini merupakan lanjutan dari laporan sebelumnya yang diterbitkan oleh CCDH pada bulan September lalu. Laporan sebelumnya menganalisis kasus ujaran kebencian yang lebih luas di platform X. CCDH kemudian menemukan dari 300 contoh ujaran kebencian yang dilaporkan, 86 persennya tetap tidak ditangguhkan bahkan setelah satu minggu menayangkan ujaran kebencian.
Sejak pengambilalihan platform tersebut oleh Elon Musk pada tahun lalu, platform X telah mendapat banyak kritik terkait standar moderasinya. Kritik ini meningkat terutama setelah langkah perusahaan untuk memberhentikan sebagian besar tenaga kerjanya pada bulan November tahun lalu.
Awal tahun ini, Musk dilaporkan menentang CCDH yang menyebut organisasi tersebut sebagai organisasi yang benar-benar jahat dan mengklaim CCDH menyebarkan disinformasi.
Pengacara Musk, Alex Spiro bahkan sempat mengirim surat ke organisasi nirlaba tersebut dan menuduh mereka membuat serangkaian klaim yang meresahkan dan tidak berdasar yang tampaknya diperhitungkan untuk merugikan X secara umum, dan bisnis khususnya periklanan digitalnya. (*)